Siapa yang tak kenal dengan Pasar Gebang? Pasar yang sering kita kenal dengan berbagai barang loak onderdil kendaraan bermotor tersebut berada di bawah naungan Dinas Pasar Kabupaten Jember. Di pasar ini dijajakan berbagai spare part kendaraan bermotor dengan harga yang cukup miring. Meski harga yang ditawarkan kadang terkesan ”nyeleneh”, namun kualitas yang ditawarkan juga cukup baik. Hanya saja di sini yang diuji adalah kelihaian kita dalam memilih barang bekas yang masih berpotensi. Bisa saja kita menemukan barang dengan kualitas serupa dengan barang baru tanpa merogoh kocek terlalu dalam. Selain pandai memilih, syarat utama untuk sukses menjadi pembeli di pasar ini adalah pandai berbicara dan tawar menawar. Saling tak mau kalah dengan pedagang merupakan kiat sukses dalam tawar menawar dan mendapatkan harga termurah di Pasar Gebang.
Selain menawarkan ”barang-barang” kendaraan bermotor, di Pasar Gebang juga terdapat beberapa pedagang yang menawarkan jasa untuk modifikasi dan air brush motor. Jadi, tak usah heran bila menengok ke sana dan melihat banyak body motor yang mengkilap dan sedang dijemur. Semua merupakan barang pesanan dari para konsumen yang dikerjakan oleh pekerja sekaligus pedagang barang dagangan di sana. Bukan hanya onderdil sepeda motor, di Pasar Gebang juga ditawarkan onderdil bekas untuk mobil. Letak kedua pasar onderdil ini hanya terpisahkan oleh persimpangan jalan dan pintu masuk. Yang sedikit membedakan keduanya hanyalah kondisi pedagang di pasar onderdil motor lebih ramai. Hal ini mungkin saja disebabkan peminat pasar motor lebih tinggi, bagamana tidak, kita tahu sendiri bahwa jumlah sepeda motor jauh lebih tinggi daripada mobil, di daerah Jember khususnya.
Bila mencoba menengok lebih dalam ke Pasar Gebang, kesan yang pertama kali tampak mungkin adalah ruwet dan kumuh seperti kebanyakan pasar tradisional lainnya. Jalanan yang sempit, pengap, dan kadang becek memang sudah menjadi pemandangan rutin di sana. Namun cobalah menengok ke samping, di daerah pasar motor, di sana terikat banyak onderdil seperti buah-buahan. Seperti tak dihiraukan, onderdil tersebut hanya terpajang begitu saja, padahal ada beberapa yang harga awalnya cukup melangit. Cukup aneh dan jarang ditemui di pasar modern. Bila di toko onderdil dan pasar modern, tentunya semua akan tertata lebih rapi dan di bungkus plastik agar tak berkarat. Tapi di sanalah letak keasyikannya, dengan melihat barang tersebut kita tak lagi hanya akan menilai barang dari luarnya saja, namun juga harus dapat melihat kualitas sebenarnya. Mulai melihat, memilah, dan memilih yang akan kita bawa pulang agar tak menyesal nanti.
Bila saat ini kita melihat Pasar Gebang sudah begitu terkenal dan cukup ramai, namun tak begitu dulunya. Menurut Bapak Miskun selaku sesepuh di Pasar Gebang, area pasar ini dulunya adalah tanah makan pahlawan, ketika makam tersebut di pindahkan ke daerah Patrang, area itu kemudian beralih fungsi menjadi sebuah terminal. Lambat laun terminal yang dulu beroperasi di daerah ini juga mulai berpindah posisi, maka area dalam kemudian di manfaatkan oleh pedagang untuk berjualan. Area pasar kemudian semakin meluas dan terciptalah Pasar Gebang. Sebenarnya pasar Gebang mulai berooperasi semenjak tahun 80’an dan ditempati oleh pedagang setempat. Menurut beliau, Pasar Gebang menjadi semakin dipadati oleh pedagang ketika dimulainy proyek pembangunan plaza Johar. Awalnya banyak pedagang di Pasar Gebang yang berjualan di area Pasar Johar, termasuk Mbah Miskun yang sempat berjualan pada tahun ’76. Namun ketika pembangunan itu rampung, kemudian para pedagang mulai pindah ke Pasar Gebang, kini yang berdiam di sana sebagain adalah pendatang baru ataupun masyarakat sekitar yang turut berjualan.
Kondisi perekonomian dunia yang sempat labil dan gempuran motor Cina rupanya turut melimpungkan kestabilan ekonomi para pedagang di sana. Menurut Pak Tin, pendapatan mereka belakangan ini mulai menurun dari omset biasanya. Meskipun omset yang tak tetap tiap harinya, namun bila dikalkulasi tentu saja mereka bisa merasakan penurunan tersebut. Ketika produk Cina membombardir Indonesia, maka harga murah dengan iming-iming barang baru dan ”mengkilap” pasti akan lebih digemari. Tentu saja hal ini akan membuat penurunan minat konsumen terhadap barang loak di sana.
Bukan hanya itu saja, kini mereka mulai dirisaukan dengan adanya rencana pembangunan mall di aderah tersebut. Meski demikian, mereka masih belum athu kapan pembangunan akan di laksanakan. Masalah lain yang akan terjadi pasca penggusuran tersebut adalah hilangnya lahan berdagang. Ketika hal tersebut terjadi, secara otomatis pedagang harus mencari tempat baru. Bantuan untuk mencari tempat yang strategis dan menjanjikan sangat mereka butuhkan dari Pemerintah. Hal ini tentunya agar para konsumen tidak kabur, begitu juga mata pencarian mereka. [Moh.Ridho & Abd. Nasir]
Komentar
Posting Komentar