Negara Indonesia dikenal sebagai
Negara yang kaya akan tumbuhan dan hewan yang beranekaragam, hutan yang cukup
luas dengan variasi tanaman yang cukup tinggi. Saat ini sering sekali terjadi
pembakaran hutan, penjarahan hutan dan penebangan hutan secara liar. Perbuatan
tidak baik yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab akan
menyebabkan dampak yang berkepanjangan terhadap keseimbangan ekosistem di muka
bumi ini. Sebagian besar orang mungkin sudah menyadari bahwa dampak dari
kondisi hutan yang sudah tidak alami bahkan sudah sedikit pepohonannya akan memberikan
dampak kurang baik terhadap kehidupan hewan dan tumbahan yang ada di dalamnya.
Saat ini diperlukan kesadaran dari berbagai pihak dan kalangan akan pentingnya
rasa cinta manusia terhadap alam yang telah memberikannya penghidupan.
Taman Nasional Meru Betiri (TNMB)
dan Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur III merupakan dua
tempat yang memiliki kepentingan dalam perlindungan dan pelestarian hewan dan
tumbuhan yang terdapat di kawasan kabupaten Jember. Bidang Konservasi Sumber
Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur III merupakan instansi pemerintah yang bergerak
dibidang pengembangan dan pelestarian sumber daya alam indonesia khususnya
untuk sumber daya alam di daerah Jember. Taman Nasional Meru Betiri (TNMB)
merupakan taman nasional yang secara administratif terletak di kabupaten
Jember.
Pada bulan Oktober kemarin, BKSDA
Jember melepaskan burung langka di kawasan konservasi. Kawasan yang dijadikan
tempat konservasi yaitu Jatim park, Taman Safari Indonesia, Taman Wisata dan
Studi Lingkungan Probolinggo dan Mirah Fantasia Banyuwangi. Ada tiga jenis
burung langka yang diserahkan oleh pihak BKSDA antara
lain tiga ekor burung kakak tua jambul kuning (cacatua galerita), tiga ekor
burung nuri merah (Lorius lory) dan empat ekor rangkok (Aceros undulatus).
Pelepasan burung langka ke tempat konservasi diharapkan pihak pengelola tempat
konservasi mampu untuk memperhatikan kesehatan dan kelestarian burung langka
tersebut.
Taman Nasional Meru Butiri (TNMB) merupakan taman nasional yang dikembangkan untuk melestarikan tanaman dan hewan yang berada di sekitarnya. Daerah TNMB sebagian besar terdiri dari hutan tropis dengan berbagai keanekaragaman flora dan fauna di dalamnya. Hutan tropis yang terdapat di kawasan TNMB terbagi menjadi 5 tipe vegetasi, antara lain tipe vegetasi hutan pantai, tipe vegetasi hutan mangrove, tipe vegetasi hutan rawa, tipe vegetasi hutan rheophyt, dan tipe vegetasi hutan hujan tropika dataran rendah.
Tipe vegetasi yang pertama yaitu
tipe vegetasi hutan pantai. Vegetasi hutan pantai merupakan tipe hutan tropis
dimana terdiri atas 2 jenis tumbuhan yaitu ubi pantai (Ipomea pescaprae) dan Baringtonia. Jenis Baringtonia terdiri dari
keben (Baringtonia asiatica),
nyamplung (Calophyllum inophyllum),
waru (Hibiscus tiliaceus), ketapang (Terminalia
catappa), pandan (Pandanus tectorius)
dan lain-lain. Posisi hutan tropis jenis ini terletak pada daerah pantai yang
landai dan akan berkurang luasnya jika pantainya terjal dan berbatu. Tipe
vegetasi hutan mangrove terdiri dari
jenis tanaman Pedada (Sonneratia
caseolaris), Tancang (Bruguiera
gymnorhiza) dan Nipah (Nypa
fructicans). Pada tipe vegetasi hutan rawa umumnya dijumpai mangga hutan (Mangifera sp), sawo kecik (Manilkara kauki), ingas/rengas (Gluta renghas), pulai (Alstonia scholaris), kepuh (Sterculia foetida), dan Barringtonia spicota. Tanaman glagah (Saccharum spontanum), rumput gajah (Panisetum curcurium) dan beberapa jenis herba
berumur pendek serta rumput-rumputan banyak dijumpai di kawasan hutan rheophyt. Jenis yang terakhir yaitu
hutan tropika dataran rendah dimana pada kawasan ini banyak dijumpai anggrek,
paku-pakuan, walangan (Pterospermum
diversifolium), winong (Tetrameles
nudiflora), gondang (Ficus variegata),
budengan (Diospyros cauliflora),
pancal kidang (Aglaia variegata), rau
(Dracontomelon mangiferum),
glintungan (Bischoffia javanica),
ledoyo (Dysoxylum amoroides), randu
agung (Gossampinus heptaphylla),
nyampuh (Litsea sp), bayur (Pterospermum javanicum), bungur (Lagerstromia speciosa), segawe (Adenanthera microsperma), aren (Arenga pinnata), langsat (Langsium domesticum), bendo (Artocarpus
elasticus), suren (Toona sureni),
dan durian (Durio sibethinus).
Taman Nasional Meru Betiri sudah ada
sejak jaman penjajahan belanda yaitu pada tanggal 29 Juli 1931, namun masih
berstatus hutan lindung. Taman Nasional Meru Betiri awalnya dimanfaatkan sebgai
hutan lindung dengan keaneragaman flora dan fauna yang cukup tinggi. Kemudian
pada tahun 1967 kawasan ini dikembangkan sebagai calon Suaka Alam (Suaka
Margasatwa) dengan tujuan untuk melidungi binatang Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica).
Selanjutnya pada tanggal 14 Oktober 1982, Suaka Margasatwa Meru Betiri dikembangkan untuk
menjadi Taman Nasional dan baru diresmikan sebagai Taman Nasional Meru Betiri
pada tanggal 23 Mei 1997.
Kegiatan yang dilakukan di Taman
Nasional Meru Betiri meliputi pengamanan dan perlindungan terhadap tanaman dan
hewan langka yang ada di kawsan TNMB. Kegiatan pengamanan dilakukan untuk
melindungi flora dan fauna yang ada agar tidak disalahgunakan atau diganggu
oleh manusia. Kegiatan perlindungan dilakukan untuk melidungi flora dan fauna
dari serangan hama dan penyakit yang akan mengancam kehidupan dan kelestarian
flora dan fauna tersebut. Metode perlindungan yang dilakukan oleh pihak TNMB
antara lain pre-emtif, preventif dan represif. [Eka 10]
Komentar
Posting Komentar