Tanyakan Pada Riuh Air
Kiky S.P
Kekosongan datang dalam
hitungan jam.
Hanya riuh air terdengar,
di tengah-tengah bangunan
yang menjelma hampa.
Siang tadi, nuansa tak begitu
datarnya.
Ada tawa disudut sana.
Ada diam disudut lainnya.
Beberapa sibuk dengan gadget
dan sesekali tertawa bersama.
Beberapa lainnya tenang
membolak-balikkan catatan kecil.
Tembok dan tanaman sengaja
membisu.
Menyaksikan keramahtamahan
yang mereka buat.
Angin hanya mampir beberapa
waktu.
Mendinginkan kepala yang
disesaki peristiwa.
Sendu, entah apa yang menjadi
talu.
Pagi tadi,
Beberapa raga memakai jas
putih.
Lalu membolak-balikkan
secarik kertas.
Berjalan kesana-kemari,
raut itu tegang menanti.
Yang lain cukup berjalan
kecil, duduk-duduk dan menyimak tugas.
Beberapa lainnya menikmati
paparan dosen dalam presentasi.
Tertidur, bermain gadget,
menulis, diam, bingung,
adalah bagian dalam ruangan
itu.
Ruang lain di sudut tampak
ramai,
penuh gaduh dan obrolan
disetiap bilik-bilik kecil.
Tak terbentur oleh waktu,
begitu ruang itu bicara.
Dimensi masih bersama mereka,
jiwa-jiwa yang mencari arah.
Akan tetapi perjalanan tak
sama diantaranya.
Hitam, putih atau abu-abu.
Bagaimana bisa atmosfer ini
berkata.
Tanyakan pada riuh air di
tengah sana.
Tentang mereka yang hanya
bisa meredam asa dalam jiwa.
Tentang mereka yang membual
mimpi dan fantasi.
Tentang mereka
yang ingin bersama membangun diri.
Tentang mereka yang ingin ego
menjadi diri.
Hanya riuh air yang kembali
terdengar.
Komentar
Posting Komentar