Oleh : Tri Widagdo
Tari petik kopi, tentu nama tari ini sudah tidak asing lagi bagi telinga kita. Tari yang satu ini berasal dari kota
yang terkenal akan karnaval fashionnya. Ya, kota Jember, kota yang baru-baru ini
juga dinobatkan sebagai kota karnaval oleh Menteri pariwisata. Dari namanya sendiri tari ini sudah menunujukkan suatu identitas tersendiri, yaitu tarian ini berusaha menggambarkan kondisi masyarakat Jember yang mayoritas komoditasnya pertanian dan perkebunan
kopi. Gerakan-gerakan yang ada dalam tarian ini menggambarkan suka cita masyarakat saat musim panen tiba dan selama
proses memanen kopi.
Tarian yang tergolong masih muda umurnya ini, yaitu diciptakan pada tahun
2013, digagas oleh Universitas Jember
(UNEJ) yang kala itu mengamati kehidupan masyarakat Jember dimana
sebagian besar komoditasnya adalah perkebunan kopi. UNEJ saat itu ingin memunculkan suatu kesenian
yang mencerminkan kehidupan masyarakat di Jember lewat suatu tarian yang bertajuk “Tari Petik Kopi”. Sang
koreografer dari tari petik
kopi ini yaitu seorang seniman Soeparmin Ras. Beliau merupakan seniman kawakan yang berasal dari daerah Lumajang.
Soeparmin Ras berhasil meciptakan
tarian tersebut berkat inspirasi dari aktifitas masyarakat Jember yang banyak menanam kopi. Masyarakat bersuka cita, bergembira dan begitu semangat dalam memetik
kopi. Suasana tersebutlah yang
coba digambarkan oleh seorang Soeparmin Ras lewat suatu irama gerak tari,
hingga akhirnya terciptalah Tari Petik Kopi. Dikutip dari laman jendelainfo-unej.blogspot.co.id
karakter yang ingin ditunjukkan oleh Soeparmin Ras dalam tarian petik kopi ini
adalah sebuah karakter yang semangat dan kerakyatan. Karakter tersebut dapat
dilihat melalui gerakan dalam tarian ini yang menonjolkan semangat kerakyatan
yang sudah menjadi ciri khas orang Jawa Timur-an. Selain itu Soeparmin juga
mengatakan bahwa gerakan tari tersebut juga diambil dari unsur tari Jawa Timur
dengan menggambarkan kemajemukan etnis yang ada di Jember, terutama etnis Jawa,
Madura, dan Blambangan. Musik pengiringnya merupakan perpaduan antara unsur Jawa Timur-an yaitu dengan irama khas dari musik gamelan dan musik
Madura yang memiliki irama rancak. Keunikan dalam tari ini merupakan perpaduan antara tiga budaya berbeda yang dikemas dalam serangkaian tari.
Pertunjukan tarian
petik kopi dimulai dari sepasang penari pria dan wanita yang saling berinteraksi dan menggambarkan suasana riang gembira saat waktu panen kopi telah tiba. Kemudian penari berikutnya yang biasanya berjumlah lima orang perempuan mulai masuk, Kelima penari menceritakan proses diamana saat masyarakat sedang memetik kopi di ladang perkebunan. Penari-penari tersebut membawa tumbu (bakul dari anyaman bambu untuk tempat beras dan sebagainya, red) yang biasanya digunakan sebagai wadah kopi yang sudah dipetik. Keseluruhan gerak tari petik kopi menggambarkan suasana masyarakat yang riang-gembira saat musim panen kopi tiba.
Tari petik kopi pertama kali
ditampilkan dalam acara
launching tari petik kopi yang
dilaksankan di gedung Keluarga
Alumni Universitas Jember (KAUJE)
pada tanggal 8 November 2013. Acara launching tari petik kopi ini termasuk dalam serangkaian
acara dies natalis Universitas Jember
ke-49 yang bertajuk Festival Tegalboto. Acara tersebut menjadi sebuah acara
yang sangat istimewa, karena dari acara tersebut lahir sebuah tari tradisional
yang mampu menggambarkan kondisi masyarakat saat hari petik kopi tiba. Saat itu tari petik
kopi dibawakan oleh Sembilan penari wanita dan seorang penari pria yang merupakan mahasisiwa Universitas Jember.
Acara tahunan untuk ajang
perlombaan tarian petik kopi bahkan diadakan di Universitas Jember. Melalui
acara tersebut, mahasiswa dapat lebih memperhatikan pentingnya kesenian dan
kebudayaan daerah yang perlu dijaga dan dilestarikan. Munculnya tari petik kopi
dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi mahasiswa. Pasalnya, mahasiswa
lebih sering memandang bahwa tari tradisional merupakan hal yang kolot dan
ketinggalan zaman. Kini, dengan adanya tarian petik kopi, rasa kesadaran akan
muncul pada diri mahasiswa utuk mencintai produk dan budaya lokal daripada
budaya asing.[]
Komentar
Posting Komentar