Oleh :Ni’matuz Zahro
Tuberkulosis(TB) atau lebih dikenal dengan TBC adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC diperkirakan ada sejak 5000 tahun sebelum Masehi. Tuberkulosis dapat dengan mudah menular ke orang lain.Infeksi TBC sangat berbahaya karena menyerang organ manusia terutama paru-paru. Penularan TBC ini melalui udara ketika seorang penderita TBC bersin atau batuk. Seseorang yang memiliki kekebalan tubuh rendah apabila terkena bakteri virus Mycobacterium tuberculosis akan dengan mudah tertular. Berdasarkan laporan WHO tahun 2013 terdapat 8,6 juta kasus Tuberkulosis dengan pasien diantaranya mengindap HIV positif. Penderita HIV akan dengan mudah tertular penyakit ini karena memiliki kekebalan tubuh yang rendah. Indonesia menjadi negara kedua di tahun 2016 dengan penderita TBC terbanyak di dunia. Menurut data Pusat Data Informasi Kementerian Kesehatan RI, secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk.
Gejala tuberkulosis tergantung pada orang yang terinfeksi. Gejala klinis TBC terdiri dari gejala resipatorik seperti batuk lebih dari 3 minggu, batuk disertai darah, nyeri dada, dan sesak napas. Gejala lainnya yang merupakan gejala khas dari penyakit ini adalah tidak nafsu makan, berat badan turun, mudah lelah, demam, berkeringat di malam hari, panas dingin, myeri dada, dan warna urin yang berubah menjadi kemerahan atau keruh. TBC tidak hanya menyerang paru-paru, namun juga dapat menyerang tulang, usus atau kelenjar.
Semua orang memiliki risiko yang sama untuk menderita TBC. Infeksi TBC meningkatkan risiko kanker paru-paru hingga 10,9 kali lipat dibandingkan dengan orang sehat. Risiko penderita TBC sekitar 0,263%, dan pada orang sehat hanya 0,0241%. Terdapat beberapa orang dengan risiko yang lebih tinggi antara lain orang yang tinggal bersama dengan penderita, pecandu alkohol, pengguna narkoba suntik, penderita diabetes, kanker dan pengidap HIV/AIDS, serta orang tunawisma. TBC tidak hanya dikenali melalui gejala yang tampak, perlu adanya suatu pemeriksaan khusus menggunakan bantuan alat. TBC dapat didiagnosis dalam beberapa cara, meliputi X-foto dada, pemeriksaan dahak, dan tes kulit. TBC dapat disembuhkan melalui pengobatan yang tepat dan benar. Penyembuhan TBC dilakukan dengan memberikan jenis antibiotic dosis yang tepat dalam jangka waktu tertentu. Terlebih lagi terdapat komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita TBC, seperti kerusakan sendi, meningitis, gangguan hati, ginjal dan jantung.
Biaya pengobatan relatif cukup besar. Biaya penyakit ini tidaklah sebanding dengan perekonomian masyarakat. Penderita TBC sebagian besar berada pada garis kemiskinan, terdapat keterkaitan erat antara TBC dan kemiskinan. Indonesia termasuk dalam perekonomian sedang dengan jumlah penduduk yang tinggi. Tingginya Jumlah penduduk di Indonesia berdampak pada kondisi lingkungan tempat tinggal. Kondisi lingkungan yang buruk akan memudahkan penyakit untuk masuk dalam tubuh dan menyerang kekebalan tubuh manusia. Mengingat biaya dan bahaya dari penyakit ini maka perlu dilakukan pencegahan sejak dini. Upaya pencegahan tersebut dapat dengan pemberian vaksin imunisasi sejak bayi. Selain imunisasi perlu juga adanya tindakan sederhana seperti menggunakan masker atau sapu tangan saat sedang batuk, membuang dahak tidak di sembarang tempat, gunakan masker penutup mulut ketika berada di dekat anak-anak, udara di sekitar lingkungan rumah diusahakan sehat dan tidak lembab.
Penderita TBC biasanya diberi antibiotik seperti Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide, dan Ethanol. Pengobatan harus dilakukan secara rutin. Penderita yang tidak rutin melakukan pengobatan, jadwal pengobatan terputus, dan jadwal minum obat yang berantakan dapat mengakibatkan resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik dapat memeperlama waktu pengobatan. Waktu pengobatan bisa berlangsung minimal 12 hingga 24 bulan ketika penderita TBC lalai berobat.
Bahaya selalu ada disekeliling. Kita perlu berhati-hati untuk selalu waspada akan bahaya yang mengintai. Penderita TBC dapat ditularkan ke udara dalam bentuk percikan dahak, batuk atau bersin. TBC telah menjadi ancaman kesehatan bagi masyarakat di seluruh dunia. Banyak masyarakat Indonesia kurang sadar akan bahaya TBC. Masyarakat lebih menunjukkan sikap ketidakpedulian terhadap lingkungan disekitarnya. Faktanya setiap tempat memiliki potensi yang sama untuk terjangkitnya bakteri TBC ini . penyakit TBC tidak hanya disebabkan oleh lingkungan buruk, dapat juga adanya faktor keturunan. Masyarakat harus mulai menumbuhkan kesadaran terhadap kesehatan diri dan kesehatan lingkungan untuk menciptakan kehidupan yang bersih dan sehat.
Komentar
Posting Komentar