Indonesia dalam masalah besar, MAHASISWA? (Mahasiswa berinisiatif, Mahasiswa berperan, Mahasiswa bertanggung jawab)
Harapan kita semua di zaman yang semakin maju ini yaitu tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan hidup untuk semua orang, dengan semakin majunya zaman yang berarti semakin maju pula pola pikir manusia, memberi secercah harapan untuk perbaikan hidup manusia secara keseluruhan. Namun pada kenyataannya harapan tersebut masih belum terealisasi. Anehnya, malah semakin menambah jurang pemisah yang begitu tinggi antar manusia.
Contoh kecil yang terjadi di Indonesia adalah taraf hidup yang tidak seimbang. Dimana yang kaya semakin kaya sedangkan yang miskin tambah miskin. Ketidakseimbangan ini dipicu oleh kemerosotan moral yang semakin menjadi. Individualisme yang tinggi membuat masing-masing orang tidak lagi merasa bersaudara dan saling menjatuhkan. Korupsi menjadi alternatif jahat terbaik bagi semua orang, walaupun berbeda tapi tetap saja namanya korupsi sama dengan merampas hak milik orang lain! Mencuri, mencopet, korupsi, apa bedanya?
Kemerosotan moral membuat dunia semakin kabur dan penuh dengan kepura-puraan, sehingga sulit untuk membedakan mana yang benar-benar baik dan mana yang benar-benar bermaksud buruk, menggunakan tampang-tampang malaikat sebagai media untuk mengelabui si mangsa. Contohnya: saya yang hampir kecopetan di Terminal Tawang Alun oleh bapak yang pura-pura baik mengembalikan dompetku yang terjatuh waktu di angkot (angkutan umum) padahal sebenarnya ia bermaksud mencuri, ini terbukti dari rupa dompetku yang terbuka dengan isi yang sudah tidak rapi lagi, ditambah laporan dari saksi yang kebetulan duduk pas disamping si bapak tersangka tersebut. Untung uangku lagi dalam keadaan extra limited (pas banget pokoknya) sehingga gak jadi dicuri sama dia. Mungkin dia terlalu kecewa, atau malah kasihan takut saya gak punya ongkos pulang. Dan yang penting saya masih selamat dari insiden pencurian tersebut. Oleh karena itu sangatlah sulit untuk percaya sama orang lain di masa sekarang. Harus pintar menjaga diri dari segala kemungkinan aksi kejahatan yang sudah tersebar dimana-mana.
Namun seakan belum puas menoreh tinta merah pada bangsa, mereka juga melakukan kelakuan buruk lainnya seperti freesex, mengkonsumsi narkoba dan minuman keras. Anehnya ini dilakukan oleh semua kalangan. Tidak peduli tua, muda, kecil, konglomerat, miskin, anak-anak jalanan, bodoh bahkan yang berpendidikanpun doyan melakukan hal-hal yang seperti itu. Rupanya wibawa para pahlawan telah hampir habis, hanya sedikit yang masih berusaha sadar untuk melanjutkan dan mempertahankan amanah para pahlawan. Benar-benar menyedihkan bukan?
Kalau sudah begini siapa yang harus disalahkan, pemerintahkah, pejabatkah, orang miskin kah? Semuanya sama-sama salah! Tidak ada yang bisa dipercaya! Si Pemerintah kurang tanggap, si pejabat rakus, si miskin bodoh. Kini, kriminalitas terjadi dimana-dimana. Tidak hanya dilakukan oleh orang-orang kalangan dewasa tapi juga dilakukan oleh bocah-bocah yang seharusnya masih bersih dari hal-hal seperti itu, lalu bagaimana dengan generasi selanjutnya?
Waduh, kalau sudah begini mahasiswa bisa apa, yang katanya sebagai agen perubahan? Sanggupkah kita sebagai penyandang gelar mahasiswa mengubah keadaan buruk ini. Bukan malah ikut-ikutan meramaikan segala bentuk perbuatan buruk tersebut.
Dari itulah, perlunya mahasiswa yang kritis dengan sejuta pemikirin-pemikiran yang brilian untuk mengatasi semua bentuk permasalahan yang melanda bangsa kita. Bukan hanya sekedar mahasiswa yang suka pamer gelar ke-mahasiswaan-nya dengan sejuta bentuk tebar pesona padahal otaknya kosong. Apa gak malu-maluin tuh?
Melalui tulisan ini, penulis berharap dapat membangunkan para mahasiswa dari tidur panjang yang seolah-olah tidak ada apa-apa dengan membuka mata selebar-lebarnya untuk ikut bertanggung jawab dalam pembangunan bangsa mewujudkan bangsa yang makmur dan sejahtera.Wallahu alam
Saatnya mahasiswa berinisiatif, mahasiswa berperan, mahasiswa bertanggung jawab. Buat apa kalau bukan untuk bangsa? [Ainul Maghfiroh]
Contoh kecil yang terjadi di Indonesia adalah taraf hidup yang tidak seimbang. Dimana yang kaya semakin kaya sedangkan yang miskin tambah miskin. Ketidakseimbangan ini dipicu oleh kemerosotan moral yang semakin menjadi. Individualisme yang tinggi membuat masing-masing orang tidak lagi merasa bersaudara dan saling menjatuhkan. Korupsi menjadi alternatif jahat terbaik bagi semua orang, walaupun berbeda tapi tetap saja namanya korupsi sama dengan merampas hak milik orang lain! Mencuri, mencopet, korupsi, apa bedanya?
Kemerosotan moral membuat dunia semakin kabur dan penuh dengan kepura-puraan, sehingga sulit untuk membedakan mana yang benar-benar baik dan mana yang benar-benar bermaksud buruk, menggunakan tampang-tampang malaikat sebagai media untuk mengelabui si mangsa. Contohnya: saya yang hampir kecopetan di Terminal Tawang Alun oleh bapak yang pura-pura baik mengembalikan dompetku yang terjatuh waktu di angkot (angkutan umum) padahal sebenarnya ia bermaksud mencuri, ini terbukti dari rupa dompetku yang terbuka dengan isi yang sudah tidak rapi lagi, ditambah laporan dari saksi yang kebetulan duduk pas disamping si bapak tersangka tersebut. Untung uangku lagi dalam keadaan extra limited (pas banget pokoknya) sehingga gak jadi dicuri sama dia. Mungkin dia terlalu kecewa, atau malah kasihan takut saya gak punya ongkos pulang. Dan yang penting saya masih selamat dari insiden pencurian tersebut. Oleh karena itu sangatlah sulit untuk percaya sama orang lain di masa sekarang. Harus pintar menjaga diri dari segala kemungkinan aksi kejahatan yang sudah tersebar dimana-mana.
Namun seakan belum puas menoreh tinta merah pada bangsa, mereka juga melakukan kelakuan buruk lainnya seperti freesex, mengkonsumsi narkoba dan minuman keras. Anehnya ini dilakukan oleh semua kalangan. Tidak peduli tua, muda, kecil, konglomerat, miskin, anak-anak jalanan, bodoh bahkan yang berpendidikanpun doyan melakukan hal-hal yang seperti itu. Rupanya wibawa para pahlawan telah hampir habis, hanya sedikit yang masih berusaha sadar untuk melanjutkan dan mempertahankan amanah para pahlawan. Benar-benar menyedihkan bukan?
Kalau sudah begini siapa yang harus disalahkan, pemerintahkah, pejabatkah, orang miskin kah? Semuanya sama-sama salah! Tidak ada yang bisa dipercaya! Si Pemerintah kurang tanggap, si pejabat rakus, si miskin bodoh. Kini, kriminalitas terjadi dimana-dimana. Tidak hanya dilakukan oleh orang-orang kalangan dewasa tapi juga dilakukan oleh bocah-bocah yang seharusnya masih bersih dari hal-hal seperti itu, lalu bagaimana dengan generasi selanjutnya?
Waduh, kalau sudah begini mahasiswa bisa apa, yang katanya sebagai agen perubahan? Sanggupkah kita sebagai penyandang gelar mahasiswa mengubah keadaan buruk ini. Bukan malah ikut-ikutan meramaikan segala bentuk perbuatan buruk tersebut.
Dari itulah, perlunya mahasiswa yang kritis dengan sejuta pemikirin-pemikiran yang brilian untuk mengatasi semua bentuk permasalahan yang melanda bangsa kita. Bukan hanya sekedar mahasiswa yang suka pamer gelar ke-mahasiswaan-nya dengan sejuta bentuk tebar pesona padahal otaknya kosong. Apa gak malu-maluin tuh?
Melalui tulisan ini, penulis berharap dapat membangunkan para mahasiswa dari tidur panjang yang seolah-olah tidak ada apa-apa dengan membuka mata selebar-lebarnya untuk ikut bertanggung jawab dalam pembangunan bangsa mewujudkan bangsa yang makmur dan sejahtera.Wallahu alam
Saatnya mahasiswa berinisiatif, mahasiswa berperan, mahasiswa bertanggung jawab. Buat apa kalau bukan untuk bangsa? [Ainul Maghfiroh]
Komentar
Posting Komentar