Emansipasi tak lagi menjadi hal baru di era modern ini, berbagai lapisan masyarakat paham akan keadaan yang menginginkan persamaan hak perempuan dan laki-laki dalam berbagai bidang. Mulai dari pendidikan, pemerintahan dan hukum. Diawali dari perjuangan Raden Ajeng Kartini untuk memajukan perempuan pribumi sehingga memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum dengan laki-laki, para wanita di zaman ini seakan ingin terus melanjutkan perjuangannya dengan terus menggembar-gemborkan emansipasi. Padahal semua itupun telah banyak teraplikasi dalam berbagai bidang, kini perempuan juga mempunyai hak yang sama dengan laki-laki untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya, perempuan juga memperoleh perlindungan hukum yang sama dan perempuan juga punya kedudukan dalam pemerintahan yang sederajat dengan laki-laki, tak ada lagi initmidasi perempuan yang sah di mata hukum. Kesamaan derajat, itulah yang selalu di junjung tinggi.
Tak hanya dalam lapangan kerja dan berbagai aspek kehidupan sosial, emansipasi wanita juga telah diterapakan lebih jauh lagi diberbagai bidang, diantaranya dunia pendidikan. Tengok sangat contoh yang ada di kota Jember saat ini. Menurut data dari Dinas Pendidkan Jember disebutkan bahwa dari 242280 penduduk usia 7-12 tahun di kabupaten Jember, tercatat sebanyak 137205 anak laki-laki dan 128346 anak perempuan telah mengenyam bangku pendidikan Sekolah Dasar. Secara jelas data siswa sekolah swasta maupun negeri tersebut terpampang dalam tabel berikut.
Jenis Sekolah Laki-laki
(orang) Perempuan
(orang) Total Laki-laki
(orang) Total Perempuan
(orang) Jumlah Penduduk
TK 23220 22811 26923 26711 87630
(usia 4-6 tahun)
BA/RA 3703 3900
SD 115823 107040 137205 128346 242280
(usia 7-12tahun)
MI 21382 21306
SMP 35537 32725 51562 49425 110463
(usia 13-15 tahun)
SMPT 2074 2175
MTs 13951 14525
SMA 10692 10746 27185 25636 94669
(usia 16-18 tahun)
MA 3566 4985
SMK 12927 9905
Berdasarkan Data Pokok Pendidikan yang dikeluarkan Dinas Pendidikan Kabupaten Jember pada tahun 2009/2010 tersebut, tercermin bahwa telah terjadi kenaikan yang signifikan dalam perbandingan jumlah siswa laki-laki dan perempuan. Bila sebelumnya wanita selalu memikul banyak tantangan untuk bersekolah dan menjadikan jumlah peminatnya berkurang drastis, hal tersebut tentunya berkebalikan dengan saat ini. Sudah begitu banyak masyarakat yang mulai meninggalkan paham kolot yang cenderung mengekang kebebasan dari para wanita. Kini wanita telah benar-benar diakui keberadaannya dan mau tak mau, harus diakui bahwa persamaan derajat yang diperjuangkan sejak dulu kini mulai terealisasi, khususnya dalam dunia pendidikan yang merupakan tonggak kehidupan.
Senada dengan yang terjadi di daerah patrang Jalan Mawar RT 1 RW 2. Daerah tersebut kini juga telah merasakan dampak emansipasi khususnya di bidang pendidikan, perempuan-perempuan di daerah ini juga bisa merasakan bangku pendidikan hingga SMA bahkan hingga perguruan tinggi. Tak ada lagi tradisi pernikahan dini bagi perempuan, karena masyarakat daerah ini telah menyadari pentingnya pendidikan bagi perempuan. Perempuan bukan hanya berada di rumah, berdiam diri dan melaksanakan pekerjaan rumah saja. Perempuan juga butuh pendidikan, boleh bekerja dan menentukan masa depannya sendiri.
Singkatnya, masyarakat daerah ini adalah masyarakat modern yang tidak lagi menggunakan pemikiran – pemikiran tradisional masa lalu. “Sama saja mbak, perempuan di daerah sini juga banyak yang kuliah dan bekerja sebagai wanita karier. Sudah modern mbak, ikut perkembangan zaman” ujar Pak Mukhlis selaku ketua RT ketika kami tanya tentang keadaan di RT 1 ini, beliau juga menuturkan bahwa perempuan – perempuan yang tidak dapat melanjutkan sekolah bukan karena adanya tradisi masyarakat yang masih tradisional melainkan karena faktor biaya. Orang tuanya tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya itu, namun sebenarnya para orang tua tersebut sangat memiliki keinginan untuk tetap terus memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Terbukti dengan didirikannya Madrasah Tsanawiyah Darussalam atau sekolah setara SMP yang biayanya relatif lebih murah dibandingkan sekolah negeri di, banyak orang tua yang memilih menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut “Daripada nggak sekolah mending ya disekolahkan disana, meski murah ya dapat ilmu juga dan insyaallah bermanfaat” ujar Pak Ridwan, salah satu warga RT 1 yang menyekolahkan anaknya di MTs Darussalam.
Begitu banyak perubahan yang telah terjadi. Pengakuan dan persamaan disegala bidang telah berjalan dan terealisasi. Tak ada lagi pendidikan yang hanya dikhususkan bagi laki-laki tanpa perempuan bisa menjamahnya. Wanita kini juga telah sama pintarnya dengan pria, tak ada alasan bahwa perbedaan tingkat pendidikan menjadikan status mereka lebih lemah. Keseimbangan telah tercapai, hanya saja kita mampu atau tidak untuk berjalan menyusurinya. Jangan cengeng, emansipasi bukan hanya alasan untuk mendapatkan hak yang sama, namun juga kewajiban yang sama. Berjalan beriringan dan melakukan perubahan itu perlu, bukan malah diam dan tersenyum puas atas “pengahargaan” yang telah tercapai, lalu tertidur pulas.[]
Tak hanya dalam lapangan kerja dan berbagai aspek kehidupan sosial, emansipasi wanita juga telah diterapakan lebih jauh lagi diberbagai bidang, diantaranya dunia pendidikan. Tengok sangat contoh yang ada di kota Jember saat ini. Menurut data dari Dinas Pendidkan Jember disebutkan bahwa dari 242280 penduduk usia 7-12 tahun di kabupaten Jember, tercatat sebanyak 137205 anak laki-laki dan 128346 anak perempuan telah mengenyam bangku pendidikan Sekolah Dasar. Secara jelas data siswa sekolah swasta maupun negeri tersebut terpampang dalam tabel berikut.
Jenis Sekolah Laki-laki
(orang) Perempuan
(orang) Total Laki-laki
(orang) Total Perempuan
(orang) Jumlah Penduduk
TK 23220 22811 26923 26711 87630
(usia 4-6 tahun)
BA/RA 3703 3900
SD 115823 107040 137205 128346 242280
(usia 7-12tahun)
MI 21382 21306
SMP 35537 32725 51562 49425 110463
(usia 13-15 tahun)
SMPT 2074 2175
MTs 13951 14525
SMA 10692 10746 27185 25636 94669
(usia 16-18 tahun)
MA 3566 4985
SMK 12927 9905
Berdasarkan Data Pokok Pendidikan yang dikeluarkan Dinas Pendidikan Kabupaten Jember pada tahun 2009/2010 tersebut, tercermin bahwa telah terjadi kenaikan yang signifikan dalam perbandingan jumlah siswa laki-laki dan perempuan. Bila sebelumnya wanita selalu memikul banyak tantangan untuk bersekolah dan menjadikan jumlah peminatnya berkurang drastis, hal tersebut tentunya berkebalikan dengan saat ini. Sudah begitu banyak masyarakat yang mulai meninggalkan paham kolot yang cenderung mengekang kebebasan dari para wanita. Kini wanita telah benar-benar diakui keberadaannya dan mau tak mau, harus diakui bahwa persamaan derajat yang diperjuangkan sejak dulu kini mulai terealisasi, khususnya dalam dunia pendidikan yang merupakan tonggak kehidupan.
Senada dengan yang terjadi di daerah patrang Jalan Mawar RT 1 RW 2. Daerah tersebut kini juga telah merasakan dampak emansipasi khususnya di bidang pendidikan, perempuan-perempuan di daerah ini juga bisa merasakan bangku pendidikan hingga SMA bahkan hingga perguruan tinggi. Tak ada lagi tradisi pernikahan dini bagi perempuan, karena masyarakat daerah ini telah menyadari pentingnya pendidikan bagi perempuan. Perempuan bukan hanya berada di rumah, berdiam diri dan melaksanakan pekerjaan rumah saja. Perempuan juga butuh pendidikan, boleh bekerja dan menentukan masa depannya sendiri.
Singkatnya, masyarakat daerah ini adalah masyarakat modern yang tidak lagi menggunakan pemikiran – pemikiran tradisional masa lalu. “Sama saja mbak, perempuan di daerah sini juga banyak yang kuliah dan bekerja sebagai wanita karier. Sudah modern mbak, ikut perkembangan zaman” ujar Pak Mukhlis selaku ketua RT ketika kami tanya tentang keadaan di RT 1 ini, beliau juga menuturkan bahwa perempuan – perempuan yang tidak dapat melanjutkan sekolah bukan karena adanya tradisi masyarakat yang masih tradisional melainkan karena faktor biaya. Orang tuanya tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya itu, namun sebenarnya para orang tua tersebut sangat memiliki keinginan untuk tetap terus memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Terbukti dengan didirikannya Madrasah Tsanawiyah Darussalam atau sekolah setara SMP yang biayanya relatif lebih murah dibandingkan sekolah negeri di, banyak orang tua yang memilih menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut “Daripada nggak sekolah mending ya disekolahkan disana, meski murah ya dapat ilmu juga dan insyaallah bermanfaat” ujar Pak Ridwan, salah satu warga RT 1 yang menyekolahkan anaknya di MTs Darussalam.
Begitu banyak perubahan yang telah terjadi. Pengakuan dan persamaan disegala bidang telah berjalan dan terealisasi. Tak ada lagi pendidikan yang hanya dikhususkan bagi laki-laki tanpa perempuan bisa menjamahnya. Wanita kini juga telah sama pintarnya dengan pria, tak ada alasan bahwa perbedaan tingkat pendidikan menjadikan status mereka lebih lemah. Keseimbangan telah tercapai, hanya saja kita mampu atau tidak untuk berjalan menyusurinya. Jangan cengeng, emansipasi bukan hanya alasan untuk mendapatkan hak yang sama, namun juga kewajiban yang sama. Berjalan beriringan dan melakukan perubahan itu perlu, bukan malah diam dan tersenyum puas atas “pengahargaan” yang telah tercapai, lalu tertidur pulas.[]
Komentar
Posting Komentar