Oleh : Imam Nur Huda
Akhir-akhir
ini mungkin adalah hari-hari “dilema” untuk adik-adik kita kelas 12 SMA.
SNMPTN, SBMPTN, Ujian Mandiri, ataupun jalur penerimaan mahasiswa baru mulai
memenuhi isi kepala mereka. Tidak kurang dari 6 bulan lagi mereka telah
berganti nama dari siswa menjadi mahasiswa, tingkatan tertinggi dari siswa.
Mengemban predikat mahasiswa adalah sebuah kebanggan tersendiri bagi adik-adik
kita apalagi jika kampus yang mereka lanjutkan untuk menuntut ilmu mempunyai
akreditasi dan nama yang tersohor. Bukan hanya mereka saja yang bangga jika
masuk pada kampus yang diminati, namun orang sekitar pasti akan senang juga
mendengar hal tersebut. Setiap tahun hal-hal semacam itu tidak asing terjadi
pada masyarakat era globalisasi ini. Berbagai cara dan siasat mereka lakukan
untuk masuk pada kampus yang mereka impikan. Mulai dari mengikuti bimbingan,
mengerjakan berbagai bank soal, bertanya pada alumni yang sudah masuk pada
kampus tersebut, dan banyak lagi cara yang dilakukan. Bahkan pernah beredar
kabar bahwa ada cara lain yang sangat miris didengar, yaitu menggunakan calo
sebagai jembatan untuk masuk pada kampus yang mereka impikan. Hmm.. bagaimana
pendidikan ini bisa maju kalau masih pakai calo.
Pada
era “Indonesia zaman now” kini, rasa ambisius dan egois mulai meracuni pikiran
adik-adik kelas 12 SMA. Mencari kampus-kampus dengan nama yang tersohor agar
memudahkan untuk mencari kerja adalah salah satu alasan betapa ambisius dan
egoisnya mereka terhadap kampus yang diinginkan. Tidak jarang juga banyak
diantara mereka masuk ke kampus dengan nama yang sudah terkenal hanya digunakan
untuk pamer gengsi dan intelegensi. Terus kenapa hal tersebut kerap terjadi?
Tingkat strata masyarakat khususnya masyarakat yang mengerti akan pendidikan
pasti akan menganggap meraka yang melanjutkan studi di perguruan tinggi negeri
dengan status perguruan tinggi terbaik pasti dianggap sukses dalam
pendidikannya. Padahal dalam prakteknya, setelah masuk pada kampus yang
diinginkan proses pembelajaran kampus tersebut akan menentukan mereka sukses
atau tidaknya. Banyak hal-hal yang harus dilewati seorang mahasiswa selama
berada di kampus. Jadi pemikiran terhadap kampus yang ternama bukanlah
pemikiran subjektif yang menandakan seseorang tersebut sukses dalam dunia
penndidikan.
Berdasarkan
data kemenristek Dikti, hasil dari siswa yang diterima SNMPTN 2017 sebesar 101.906 siswa dari jutaan siswa yang mendaftar. Hasil SBMPTN 2017
sebanyak 148.066 peserta
atau sekitar 14,36 persen dari 797.738 pendaftar SBMPTN 2017 dinyatakan lulus
sebagai calon mahasiswa baru di 85 PTN. Dari 85 PTN tersebut terdapat beberapa
kampus yang mempunyai pendaftar terbanyak seperti Universitas
Padjadjaran (UNPAD) sebanyak 39.388 pendaftar, Universitas Brawijaya (UB)
sebanyak 33.950 pendaftar, Universitas Diponegoro (UNDIP) sebanyak 32.085
pendaftar.
Bagaimana kalau tidak
diterima pada kampus yang diinginkan?
Pertayaan diatas kerap
terucap dari mulut siswa yang pesimis dengan kemampuan dirinya ataupun siswa
yang berambisi untuk mengejar ego untuk masuk ke kampus yang mereka inginkan.
Besarnya ambisi dan egoisnya siswa tersebut menandakan bahwa kampus yang
mempunyai nama besar akan menentukan masa depan yang cerah. Itu penyataan yang
sangat salah teman. Kemana kita nanti akan menentukan arah dan tujuan hidup
ditentukan oleh pribadi masing-masing, kampus hanya jembatan untuk membantu
kita membangun masa depan. Jadi jika tidak diterima pada kampus yang diinginkan
bukan akhir dari segalanya. Banyak jalan kesuksesan seorang mahasiswa dari
berbagai latar belakang kampus yang berbeda.
Bagaimana kalau kita diterima
pada kampus yang tidak kita inginkan?
Selama ini hal-hal
tersebut banyak sekali didapati pada lingkungan kampus kita sendiri. Pada saat
menjadi mahaiswa baru, keraguan mulai muncul untuk tidak melanjutkan kuliah dan
fokus untuk seleksi tahun depan atau melanjutkan 1 tahun pertama namun bersiap
untuk mengikuti seleksi tahun depan. Jika itu yang diinginkan maka “no problem about that”. Tapi perlu
diingat bahkan direnungkan juga untuk
kalian para mahasiswa yang ingin pindah kampus, kampus yang kalian inginkan
tidak pernah menjamin tentang masa depan kalian. Banyak mahasiswa berprestasi
justru berasal dari kampus yang tidak mereka inginkan. Coba dipikirkan kembali
masih banyak pendaftar lain yang ingin masuk pada kampus yang mereka inginkan
namun kalian ingin pindah begitu saja.
Bagaimana kalau kita
tidak sukses jika kita salah kampus atau jurusan?
Kembali ke pernyataan
awal tadi, kampus adalah jembatan kita untuk membantu membangun masa depan
kita. Kemana tujuan kita itu berasal dari diri kita pribadi. Banyak orang yang
sukses dari latar belakang salah kampus ataupun salah jurusan. Seperti contoh
CEO Facebook, Mark Zuckerberg pernah merasakan kuliah jurusan Psikologi Harvard
University namun pada akhirnya sukses menjadi pendiri dan CEO Facebook sampai
saat ini. Dari dalam negeri sendiri terdapat nama yang tidak asing kita dengar
yaitu si anak singkong atau Chairil tanjung. Chairil tanjung mengambil jurusan
Kedokteran Gigi pada saat kuliah di Universitas Indonesia. Keuletan Chairil
Tanjung dalam dunia bisnis mulai dibangun pada saat masa kuliah dengan cara
usaha fotocopy, berjualan alat kedokteran, dan berbagai cara lain. Pada saat
ini beliau mempunyai bisnis yang besar seperti Trans TV, Bank Mega, Transmart,
dan berbagai bisnis lainnya yang tergabung dalam CT crop.
Bagaimana kita
menentukan kampus dan jurusan yang sesuai pada pasiion diri?
Sebelum memilih kampus
mana yang ingin dituju sebaiknya dikaji ulang dulu jurusan apa yang diminati
dan sesuai dengan passion diri. Jika
sudah cinta dan suka terhadap jurusan yang dipilih maka menjadi faktor
memudahkan kegiatan kuliah selama menjadi mahasiswa. Selain itu untuk menentukan
jurusan apa yang sesuai, banyak-banyaklah tanya kepada orang-orang yang kenal
dan dekat dengan kita untuk mengetahui apa kemampuan kita menurut orang lain.
Setelah memilih jurusan yang sesuai, sebaiknya memilih kampus yang mempunyai
jurusan yang ingin diambil. Jika ingin kampus yang bagus sebaiknya belajar
dengan rajin agar dapat masuk di kampus tersebut. Jika ingin melanjutkan study
di luar negeri, rajin-rajinlah cari informasi tentang kampus tersebut bahkan
harus rajin juga cari informasi beasiswa ke luar negeri
Jadi kesimpulannya
adalah jangan hanya terpaku pada ambisi dan gengsi untuk mendapatkan kampus
dengan nama yang baik sehingga memudahkan mencari kerja apa lagi mencari strata
di masyarakat, gunakanlah kemampuan diri untuk mempersiapkan kesuksesan dengan
dimanapu kita menuntut ilmu.
Komentar
Posting Komentar