Oleh
: Joko Supriyanto
Anak
adalah anugerah terindah dari Tuhan YME kepada setiap orang tua. Anak merupakan
bakal dari berlian yang apabila diolah dengan proses yang baik dan benar akan
menghasilkan berlian yang berkilau dan bernilai tinggi. Ketika seorang anak
terlahir di dunia, mereka seketika langsungharus memikul beberapa atau bahkan banyak harapan dari orang tua dan bahkan
bangsa ini untuk menjadi anak yang berbudi pekerti luhur yang mampu meneruskan
cita-cita orang tua dan pendiri bangsa ini.
Anak
terlahir seperti selembar kertas putih yang masih bersih belum terdapat setitik
goresanpun di atasnya. Kertas tersebut akan menjadi apa kedepannya tergantung
pada apa yang bakal digoreskan di atasnya. Untuk itu apabila kita menginginkan
seorang anak menjadi generasi penerus bangsa yang berbudi pekerti luhur maka
harus kita goreskan tulisan-tulisan indah pada diri mereka dengan pendidikan
yang baik.
Dahulu Indonesia dikenal sebagai negara yang ramah, berpenduduk
penuh etika dan sopan santun. Masyarakat masih menjunjung tinggi tata krama
dalam pergaulan sebagaimana anak bersikap kepada orang yang lebih tua maupun
hubungan antar teman. Namun seiring laju perkembangan zaman dan perubahan cepat
dalam teknologi informasi telah merubah sebagian besar masyarakat dunia
terutama anak. Sebagaimana telah diketahui dengan adanya kemajuan informasi di
satu sisi anak merasa diuntungkan dengan adanya media yang membahas seputar
masalah dan kebutuhan mereka. Dengan adanya hal tersebut, media telah
menyumbang peran besar dalam pembentukan budaya dan gaya hidup yang akan
mempengaruhi moral para calon penerus bangsa. Namun sebagian besar media ini
membawa dampak negatif khususnya bagi anak remaja yang notabenenya lebih banyak
menggunakan. Berbagai masalah yang muncul tak terkendali, generasi muda
terpelajar baik pelajar maupun mahasiswa harapan bangsa tawuran antara sesama
bagaikan lawan yang abadi. Selain itu banyak anak-anak yang belum cukup umur
berani untuk melakukan sex bebas. Mereka melakukan hal tersebut tanpa malu dan
tanpa takut akan akibat negatif yang akan mereka terima dikemudian hari. Contoh
yang paling sederhana dari merosotnya moral anak bangsa adalah mereka yang baru
menginjak pendidikan sekolah dasar (SD) sudah berani menghisap rokok. Dahulu
rokok hanya boleh dihisap oleh orang-orang dewasa, namun sekarang hal tersebut
sudah berubah seratus delapan puluh derajat dimana anak-anak yang belum cukup
umurpun sudah terbiasa menghisap rokok. Apabila hal tersebut terus dibiarkan,
tidak dapat dipungkiri mereka para calon penerus bangsa akan semakin terpuruk
moralnya dengan seiring semakin majuanya teknologi informasi yang akan
memberikan dampak negatif pada kehidupan anak muda apabila kemajuan teknologi
tidak dapat dimanfaatkan dengan baik untuk hal-hal positif. Dari beberapa
contoh tersebut muncul beberapa pertanyaan yang menarik bagi saya, yaitu apa
sih penyebab dari semakin menurunnya moral para calon penerus bangsa ini? Lalu
bagaimana caranya untuk mengurangi atau mengatasi krisis moral yang melanda
para calon penerus bangsa ini?
Melihat fenomena yang terjadi pada kalangan anak muda saat ini,
menurut saya krisis moral yang melanda calon penerus bangsa disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya adalah kurangnya pendidikan karakter dan moral yang
diberikan oleh orang tua maupun lembaga pendidikan di negeri ini. Di zaman yang
moderen ini, orang tua cenderung memilih pendidikan yang berkiblat ke negara
barat dimana kultur pendidikan barat yang lebih mementingkan kecerdasan otak
tanpa diiringi kecerdasan moral. Orang tua zaman sekarang lebih bangga melihat
anaknya menempuh pendidikan di sekolah yang belabel internasional daripada
sekolah yang berlabel keagamaan seperti pondok pesantren. Padahal kalau kita
lihat lebih jauh ke belakang, pendidikan yang berlabel keagamaan mampu
menghasilkan anak-anak bangsa yang cerdas serta memiliki moral yang baik. Hal
lain yang menyebabkan krisis moral pada pemuda harapan bangsa adalah semakin
maju dan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. Kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi yang tidak dapat dimanfaatkan dengan bijak akan
membawa dampak negatif pada moral anak bangsa. Selain dua hal tersebut masih
banyak faktor lain yang menyebabkan krisis moral, seperti faktor keluarga.
Keluarga merupakan agen sosial pertama dan utama yang mengenalkan nilai-nilai sosial
dan kebudayaan pada anak. Dengan demikian orang tua mempunyai peranan penting
dalam mendidik anak, jika orang tua benar dan sungguh-sungguh dengan ikhlas
maka akan menghasilkan anak yang sopan dan patuh. Namun, melihat perkembangan
zaman sekarang banyak orang tua yang lebih mengedepankan kepentingan pekerjaan
daripada kepentingan anak, sehingga banyak remaja yang kurang perhatian dan
merasa bebas mengatur jalan hidupnya sendiri. Pengaruh lingkungan sekolah juga
menjadi salah satu faktor penyebab krisis moral, hal itu disebakan oleh kurangnya perhatian
dari pihak guru dan sekolah, lemahnya peraturan sekolah dan terlalu bebasnya
pergaulan mereka di sekolah. Selain lingkungan sekolah dan keluarga, lingkungan
pergaulan juga menjadi faktor krisis moral remaja. Seseorang yang bergaul
dengan teman-teman yang berperilaku buruk, maka lama kelamaan dia juga akan
terseret ke dalamnya.
Krisis moral yang melanda remaja Indonesia telah terbukti oleh
penelitian Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional Pusat (BKKBN) M Masri Muadz bahwa 63% remaja usia
SMP SMA di 33 propinsi di Indonesia telah mengalami krisis moral. Ini sangat
memalukan bagi masyarakat Indonesia yang terkenal kental dengan adat ketimuran.
Sangat ironis memang, karena krisis moral ini telah meluas ke individu remaja
masing-masing yang seharusnya menjadi penerus bangsa Indonesia ini. Jika para
remaja terus mengalami krisis moral, maka akan membawa dampak negatif terhadap dirinya sendiri,
seperti: masa depan yang tidak jelas, dijauhi teman-teman, kemiskinan mental,
ketidakharmonisan dalam keluarga, dan lain-lain. Untuk itu pencegahan harus
segera dilakukan untuk mengurangi krisis moral pada anak bangsa. Lalu hal apa
saja yang dapat dilakukan untuk mengatsi
permasalahan krsisis moral yang ,melanda anak bangsa.
Menurut pemikiran saya hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan di atas yang pertama yaitu dari keluarga. Orang tua harus
memberikan perhatian lebih pada anak dengan mengajarkan pentingnya moral
seperti bersikap sopan santun pada orang yang lebih tua. Selain itu mengajarkan
anak untuk mengarhagai orang lain dengan tidak memaksakan kehendak pribadi.
Mengajarkan nilai-nilai agama pada anak termasuk salah satu hal yang efektif
untuk membentuk moral baik anak. Apabila keimanan dan ketaqwaan mereka bagus,
moral baik dapat dipastikan akan melekat pada diri mereka. Setelah keluarga,
lingkungan belajar seperti sekolah juga dapat melakukan hal-hal yang dapat mencegah krisis moral anak bangsa. Pendidikan
selayaknya tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu sains dan sosial melainkan juga
harus mengajarkan pendidikan karakter untuk membentuk anak bangsa yang bermoral
baik. Pemerintah selaku pemangku kebijakan di negeri ini seharusnya
mengeluarkan kebijakan pada sistem pendidikan untuk memasukkan kurikulum
tentang pendidikan karakter pada kurikulum pendidikan indonesia. Apabila semua
pihak mulai dari keluarga, sekolah, hingga pemerintah mampu bersinergi dalam
pembentukan karakter anak bangsa, maka dapat diyakini krisis moral yang melanda
para calon penerus bangsa ini akan dapat ditanggulangi dan anak-anak bangsa
yang cerdas serta bermoral baik akan tumbuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Semoga krisis moral
yang melanda anak bangsa ini segera dapat teratasi dan cita-cita serta harapan
para pendiri bangsa ini untuk melihat bangsa ini maju dan bermoral baik dapat
terwujud.
Komentar
Posting Komentar