Oleh : Muhammad Toyib
Industri perfilman tanah air
semakin menunjukkan pesonanya di mata dunia. Sederet karya sineas Indonesia
sukses tampil memukau di berbagai festival film internasional. Yang terbaru
film Pengabdi Setan besutan sutradara Joko Anwar memenangkan penghargaan
tertinggi festival film horor internasional, Overlook Film Festival di Amerika
Serikat (26/04/18). Memenangkan penghargaan Film Unggulan Juri (Feature Film Jury Prize), film Pengabdi
Setan bersaing dengan 40 film horror dari 20 negara.
Film ini juga dipastikan tayang
di 42 negara di seluruh dunia dengan penjualan dan distribusinya dipegang oleh
CJ Entertainment, distributor film asal Korea Selatan yang turut memproduksi film
ini bersama Rapi Film.
Kita patut berbangga, ditengah
minimnya dukungan pemerintah terkait pengembangan industri film, para sineas
mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya. Dukungan pemerintah terutama dalam hal
pendanaan masih terkesan setengah hati. Padahal sebagai salah satu produk
budaya kreatif, nyatanya film mampu mengangkat citra positif negara dimata
dunia.
Mari berkaca pada industri
perfilman di Korea Selatan, Pemerintah disana mendukung perkembangan film
dengan dana subsisi, aturan yang mempermudah sineas berkarya dan sebagainya.
Kemajuan industri film mereka berdampak luas dan menyeluruh. Budaya korea yang
diinternalisasi lewat film maupun drama mereka mewabah hingga ke berbagai
belahan dunia, termasuk Indonesia.
Rupanya film tak sekedar tontonan
belaka. Ada efek luar biasa yang menguntungkan dari segi ekonomi maupun
politik. Industri film korea berhasil mengangkat nilai-nilai kearifan lokal
dengan kemasan film yang menarik dan berkelas.
Berbicara mengenai film, ada
banyak faktor yang mempengaruhi mengapa film itu menjadi menarik. Selain cerita
yang kuat, juga ditentukan dari racikan ilustrasi musik yang pas, mampu
mengaduk-ngaduk emosi penonton. Jika ide
cerita diibaratkan sebagai bahan baku masakan, maka
ilustrasi musik ini menjadi bumbu penyedap yang nantinya akan mempengaruhi
lezatnya masakan yang disajikan. Film tanpa ilustrasi musik yang pas terasa
hambar. Ilustrasi musik memanipulasi emosi untuk menciptakan kesan - kesan
tertentu yang mampu menguatkan pesan film.
Sepanjang sejarah, mulai dari era
film bisu hingga era sekarang ini ilustrasi musik tidak dapat terpisahkan dari
film itu sendiri. Peranan ilustrasi musik dalam film memang bertujuan untuk
menciptakan mood (suasana kejiwaan), memperkuat informasi dan kesan emosi.
Melalui ilustrasi musik pula, penonton diajak merasakan pengalaman psikologis
yang dramatis dan menarik.
Sebagai negara multikultural,
Indonesia memiliki potensi istimewa. khasanah budaya lokal yang melimpah ruah
berpotensi menjadi inspirasi bercerita dengan nilai-nilai orisinalitas yang
kuat. Kita berpeluang memproduksi film dengan gaya tuturan yang lebih variatif
dan unik. Istimewanya lagi, Indonesia menyimpan aneka ragam musik yang menawan,
salah satunya musik gamelan. Dua faktor ini menjadi amunisi yang ampuh untuk
memproduksi film-film khas Indonesia. Ide cerita umum jika dikolaborasikan
dengan latar belakang budaya Indonesia tentu akan menimbulkan keunikan kesan
tersendiri. Hal ini turut memancing rasa penasaran penonton untuk lebih
mengenali budaya Indonesia.
Gamelan termasuk musik perkusi
karena sebagian besar dimainkan dengan cara dipukul. instrumen musik gamelan
mempunyai banyak macamnya, terbuat dari bahan dasar logam seperti besi,
kuningan dan perunggu. Selain alat musik pukul, dalam seperangkat gamelan juga
terdapat alat musik lain yang dimainkan dengan cara dipetik, digesek, dan
ditiup.
Tradisi masyarakat Jawa lazim
menggunakan gamelan sebagai musik pengiring kesenian daerah misalnya
pertunjukan wayang, ketoprak, ludruk, karawitan dan sebagainya sedangkan di
Bali lebih sering digunakan untuk upacara adat dan mengiringi pertunjukan tari.
Gamelan sebagai musik ensambel
yang unik dan lengkap disebut-sebut sebagai orchestra Indonesia. Sayangnya
mahakarya warisan budaya bangsa ini kurang mendapat atensi di kalangan muda,
yang sejatinya memiliki tanggungjawab sebagai pelestari tradisi. Gamelan justru
lebih banyak mendapatkan apresiasi diluar negeri.
Mengutip situs Hai.grid.id Setidaknya tercatat 20
universitas yang menjadikan gamelan sebagai mata kuliah dan ukm. di Cambridge
University, Inggris terdapat komunitas pecinta gamelan bernama Gamelan Duta
Laras. Di University of Michigan, Amerika Serikat ada UKM Gamelan Kyai Telaga
Madu. Setiap tahunnya kampus ini mendatangkan artis gamelan indonesia untuk
tampil atau mengajar disana.
Dalam kaitannya dengan film,
gamelan telah memenuhi kebutuhan dasar ilustrasi musik. Harmonisasi gamelan
mampu menciptakan emosi tertentu. Msalnya ketika sineas ingin menampilkan kesan
sedih penggunaan instrument rebab yang menyayat-nyayat cukup efektif
menciptakan kesan tersebut.
Penggunaan musik gamelan ini bisa
jadi ciri khas yang kuat untuk tampil berhadapan dengan film mancanegara.
Penggunaannya pun tidak terbatas ada film dengan tema lokal yang membahas suatu
suku tertentu. Musik gamelan bisa diimprovisasi lebih modern dan bisa masuk ke
berbagai tema. bahkan gamelan pernah dijadikan ilustrasi pada film the Hobbit: the Desolation of Smaug. Meski disisipkan sebentar, hal ini sudah menunjukkan potensi
yang luar biasa hingga sutradara Holliwood meliriknya.
Indonesia perlu membingkai
keindahan budaya ini dalam media film. Setidaknya dengan memanfaatkan potensi
gamelan sebagai ilustrasi musik dalam film, Indonesia mampu melestarikan
khasanah budaya sesuai perkembangan zaman. Bonusnya akan tumbuh semangat
optimisme pada generasi muda untuk mengekplorasi budaya sendiri dan tidak
terlalu mendewakan budaya-budaya luar yang seringkali bertentangan dengan
nilai-nilai kearifan bangsa.
Pada akhirnya, film tidak bisa
dianggap sebatas hiburan belaka. Ia telah menjelma menjadi produk budaya yang
dapat dijadikan media propaganda. Film telah menembus batas-batas ruang dan
waktu. Efeknya mampu mempengaruhi kesadaran dan pemikiran sosial. Apa yang
dilihat dan didengar penonton bisa mempengaruhi alam pikiran bawah sadar
mereka.
Mari cermati lebih teliti,
bagaimana negara Amerika sukses mengekspansi gaya hidup dan budaya mereka lewat
film-film Holliwood yang atraktif. kita juga perlu belajar bagaimana budaya
Korea Selatan banyak digandrungi kalangan muda lewat film-film yang memuaskan
emosi penontonnya.
Pemerintah melalui Pusat
Pengembangan Film (pusbang film) kemdikbud, perlu memberikan perhatian lebih
terhadap musik gamelan. Mendorong pelaku industri film untuk menggunakan
gamelan sebagai ilustrasi musiknya. Misalnya dengan memberikan subsidi biaya
produksi, workshop dan sebagainya.
Jika Korea Selatan yang hari
kemerdekaannya selisih dua hari dengan Indonesia, mampu membangun industri film
yang kompetitif, kita pun juga bisa. Bukan tidak mungkin beberapa dekade ke
depan film khas Indonesia akan merajai di pasar-pasar internasional.
Komentar
Posting Komentar