Oleh:
Ismiatun
Autisme menurut Wright (2007) merupakan
gangguan perkembangan yang secara umum tampak di tiga tahun pertama kehidupan
anak. Gangguan ini berpengaruh pada komunikasi, interaksi sosial, imajinasi,
dan sikap. Pengaruh pada komunikasi ini berupa ketidak mampuan untuk
berinteraksi dengan orang lain maupun berkomunikasi karena adanya gangguan
berbahasa yang ditunjukkan dengan keterlambatan dalam penguasaan bahasa. Komunikasi yang tidak
baik ini dikarenakan adanya gangguan perkembangan otak pada anak sehingga anak
tidak dapat mengekspresikan perasaan dan keringinanya. Gejala yang muncul pada
penyandang autisme diantaranya menyukai kehidupan dunia sendiri tanpa
menghiraukan dunia luar.
Autisme pada anak-anak didominasi pada
gangguan komunikasi, interaksi sosial, perilaku, dan gangguan sensoris.
Gangguan komunikasi pada anak penyandang autisme seringkali ditunjukkan dengan
gejala keterlambatan berbicara , kemampuan wicara yang tidak berkembang, kurangnya
berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, serta tidak mampu memulai pembicaraan
dengan lingkungan sekitarnya sehingga tidak terjadi komunikasi dua arah. Interaksi
sosial yang tentunya sangat penting merupakan gangguan yang sering terjadi pada
anak penyandang autisme. Mereka cenderung kurang berinteraksi bahkan menutup
diri dari lingkungan sekitar ditandai dengan ketidakmampuan anak untuk secara
spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu
bersama-sama. Ketidakmampuan anak dalam merespon orang lain juga menjadi sebab
interaksi sosial anak terganggu. Gangguan perilaku yang umumnya terjadi
misalnya anak memiliki rutinitas tertentu maka ia akan melakukanya sesuai
urutan kegiatan yang biasa dilakukan olehnya. Sekalinya ada satu kegiatan yang
lupa belum dilakukan maka ia akan sangat terganggu dan menangis bahkan
berteriak –teriak minta diulang. Berperilaku aneh ketika megalami hal yang
sensitive, misalnya disentuh (dipeluk, dicium) orang lain maka ia akan
menolaknya. Sensitive saat mendengar suara keras serta menyukai benda tertentu
hingga menjilatinya, misalnya mainan.
Autisme pada anak dapat terjadi
karena beberapa penyebab diantaranya adalah faktor biologis, masalah genetik,
masalah selama kehamilan dan kelahiran, kercunan logam berat, terinveksi virus,
vaksinasi dan beberapa faktor lainnya. Faktor neurobiologis erat kaitannya
dengan gangguan pada susunan syaraf pusat (otak). Gangguan ini kemungkinan
besar terjadi pada saat kehamilan ibunya. Masalah genetik pun begitu, mutasi
genetik yang terjadi bisa menjadi penyebab autisme pada anak. Selanjutnya
adalah masalah kehamilan dan kelahiran. Masa ini merupakan masa dimana tumbuh
kembang janin yang akan dilahirkan ke dunia sangatlah penting. Ibu hamil yang
suka mengkonsumsi obat-obatan terlarang, minum alkohol, menderita infeksi
kronis dapat mempertinggi resiko autisme. Keracunan logam berat seperti meruri,
cadmium dan timbal yang ditimbulkan oleh polusi udara, pestisida akan
berpengaruh terhadap kesehatan janin. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kadar logam berat dalam
darah anak penderita autisme lebih tinggi dibandingkan anak-anak normal.
Autisme pada anak tidak bisa
dibiarkan begitu saja karena akan mempengaruhi tumbuh kembang kejiwaan mereka.
Perlu adanya upaya untuk menanggulangi, mengurangi, atau bahkan menghilangkan
masalah gangguana tingkah laku, peningkatan kemampuan belajar pada anak serta
peningkatan kemampuan dalam berkomunikkasi pada anak. Hal utama yang perlu
dilakukan adalah perbaikan masalah komunikasi. Keluarga sebagai madrasah pertama bagi anak seyogyanya mampu memberikan pendidikan
komunikasi yang baik bagi anak. Poin utamanya adalah mengajarkan bagaimana
berbahasa, bila anak mengalami gangguan berbicara bisa dilakukan terapi wicara
untuk mengurangi resiko tuna wicara di kemudian hari. Terapi tingkah laku bagi
penyandang autisme dengan mengajarkan perilaku yang lazim dalam masyarakat.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bisa menjadi alternatif madrasah kedua setelah
keluarga, mengingat tidak semua orang tua mampu memberika edukasi yang
sepenuhnya terhadap anak-anak mereka. Pendidikan kebutuhan khusus dapat juga
dilakukan jika anak memiliki masalah yang berkaitan dengan interaksi sosial,
komunikasi, maupun masalah perilaku. Dengan adanya perhatian khusus ini sedikit
demi sedikit akan membaik kondisinya.
Autisme sebenarnya tidak hanya
terjadi pada usia anak-anak namun bisa juga terjadi pada orang dewasa. Namun anak-anak
merupakan generasi penerus bangsa yang sudah sepatutnya memiliki mental yang
jauh lebih baik. Masa pertumbuhan dan perkembangan merupakan masa kemasan bagi
anak. Untuk itu peduli terhadap autisme merupakan salah satu upaya peduli terhadap anak. Oleh karena
itu orang tua memegang peranan penting dalam hal pencegahan dan penanggulangan
autisme pada anak.
Komentar
Posting Komentar