Langsung ke konten utama

Saya Ini Mengikuti Emansipasi Wanita

Tersebutlah pada jaman dahulu menang, dua orang mahasiswi in telek mencoba membuka mata di sebuah pagi yang begitu indah dengan sinar mentari dan kesejukan angin dingin penghujung tidur. Terdengar tak tik tuk jam dan terlihat arah jarum jam penunjuk waktu disana.
“ Busyet dah, setengah delapan Sar , kuliah, bangun.” seorang mahasiswi UJEM bernama Sumarseni Sumarsono dengan panggilan akrab Eni, tiba-tiba terbangun dari tidurnya.
“ Hah, setengah delapan, telat kita ne, gmn nih ? ”
” Ayo mandi bareng dah, cepetan. ” kata si Eni.
”Waduh gimana ya? Tapi ayo dah!”, jawab, Sarijem binti Paino dengan panggilan akrab Sari. Langsung saja mereka berdua masuk berbarengan ke kamar mandi, ( suar, suar, gdebrak, gedebruk, aw, aw, aduh ) tanpa tahu apa yang mereka lakukan di dalam kamar mandi, lima belas menit berlalu akhirnya mereka selesai dan memoles diri, mulai dari polesan bedak, lotion, parfum, pelembab, bulu alis, bulu ketek dan bulu-bulu lainnya.
Dihidupkan motor oleh Eni dan dia berkata dengan cukup keras, ”Ayo cepetan Sar ! Lemot amat sih jadi cewek.”
” Ia, ia, ni udah selesai ! ” ( cerewet amat nih cewek ), berkata teman kosnya dalam hati.
Suara motor terdengar cukup keras, sudah lumrah memang si Eni berkendara seperti itu, sebagai cewek yang dikategorikan agak mepet cowok, dia masih ingin jadi pembalap karapan sapi di rumahnya, Madura. Kuliah baginya hanya sebagai ajang meniti karir dan meniti jalanan kampus aja, gak lebih gak kurang.
Sementara si Sari, si gadis manis yang fenimim dan suka berbaju minim, rok minim, celana pendek minim bahkan duit yang juga sering minim, dia selalu serius kuliah, dia selalu berkata di setiap pagi, ” Kuingin merubah hidupku, kuharus rajin kuliah, dan serius nyari cowok yang ga’ berpenghasilah minim, ayo semangat Sar!” namun sayang sekali, keseriusannya sekarang hampir berubah semenjak dia tinggal satu kos dengan Eni.
Perjalanan jauhpun usai, sampailah dia di kampus mereka tercinta, UJEM. Telat! Ya pasti mereka telat, udah gitu ga’ nanggung lagi, dua jaman lebih.
” Waduh En, gimana nih ? Masuk ga’ ya ? Udah jam berapa ini, ntar lagi udah pulang.” dengan sedikit was-was Sari bertanya padanya.
” Sudahlah ga’ apa-apa, dosennya baik kok, santai aja. ”
Tanpa salam mereka langsung saja mencari bangku dan duduk di tempat paling belakang. Baru lima menit mereka meletakkan pantatnya, masih belum anget si bangku, tiba-tiba saja.
” Cukup sekian kuliah hari ini, kita lanjutkan minggu depan, assalamu’alaikum wr.wb”, begitu salam perpisahan dari pak dosen dan kuliah hari inipun ternyata sudah selesai.
”Tu kan En, aku enggak enak nih, udah kubilang jangan masuk masih maksa”, ucap Sari denga wajah panik.
” Udah lah, dosennya gak marah kan ? Sudahlah ! Ayo pulang, gak usah dipikirin.”
Sambil berjalan mereka saling berkomentar.
” En, kita ini cewek, harusnya kita seperti cewek-cewek yang lain, rajin, bersih dan ga’ suka telat kayak gini.”
” Sar, sekarang ini udah emansipasi, ngerti gak sih? Gak hanya cowok yang boleh telat plus bandel, cewek juga harus ada yang bandel, biar lengkap hidup Sar.”
” Dasar gila kamu En, udahlah, apa kata kamu, aku gak mau ikut-ikut sekarang”, meski sedikit bingung sih.
***
Seperti malam-malam lainnya, malam inipun gelap dan ayam berkokok kencang, aneh, memang keadaan anehlah yang normal di sana. Meskipun mengaku dirinya sebagai cewek yang mirip cowok, nyatanya saja Eni tetap saja suka sama cowok, mensyukuri kodrat katanya. Dengan bangganya Eni mengahabiskan malam itu berboncengan dan menyusuri setiap sudut kota bersama kekasihnya yang memang tak tampan, namun juga tak rupawan. Smile namanya, lengkapnya Ismain Sami’un Rojali.
Malam itu agenda mereka adalah menengok kuciong peliharaannya di kolong Jembatan Suramadu. Meski bensin sudah menujukkan angka kritis, Smile tetap saja menggeber motornya demi memenuhi rasa sayangnya pada sang kekasih. Menurutnya menuruti semua mau Eni adalah ungkapan rasa sayangnya, toh sekarang kan juga udah emansipasi wanita, jadi wanita bebas mendapat hak seperti laki-laki, pulang malam dan mendapat kebebasan juga, begitu pikirnya.
Sembari berjalan di aspal yang tak halus dan bunyi motor serak tetap saja tak mengurangi kemesraan itu. Sembari menunggu sampai di tujuan Eni bercerita denga semangat tentang kejadian tadi pagi bersama Sari.
” Tadi tuh aku telat, tapi si Sari takut ama dosen. Sebel aku. Padahal kita kan udah emansipasi wanita, jadi kita punya hak yang sama kaya cowok buat telat ke kampus. Bener kan yang?”, ucap Eni dengan manja.
”Bener tuh. Sekarang kamu kan udah diemansipasi wanita. Jadi kamu juga udah bebas mau ngapain aja, sama kaya cowok. Kalo gak gitu kan gak ada gunanya Ibu Kita Kartini berjuang.”, sambung Smile.
”Iya, mangkanya aku tuh sebel banget ama Sari yang gak mau ngerti tadi. Katanya tuh anak pinter, tapi kok beginian aja gak tahu. Huh dasar!”,jawab Eni
Merasa perlu untuk menambahkan, Smile menjawab, ”Masa perempuan gak ngerti begituan? Emansipasi wanita kan udah diperjuangkan dari dulu. Mana penghargaannya kalo gini. Apa gunanya pejuang-pejuang kita gugur membela tanah air? Eh gak nyambung ya?”
”Gak apa kok yang!”, sambut Eni
”Kemarin tuh sepupu ponakan dari kakeknya temen sodara tanteku jadi ketua TPS lho. Itu buktinya kalo sekarang emansipasi sudah dijalankan. Kan rugi kalo kita gak ikut emensipasi juga. Liat aja sekarang mereka bisa sukses karena uda bebas mau ngapain aja.”, tambahnya.
”Betul!”, ucap Smile singkat.
”Sekarang tuh cewek harus disamakan ama cowok. Gak boleh ada lagi intimidasi. Semuanya harus sama. Kalo cowok bebas kerja di mana aja, cewek juga harus gitu. Kalo cowok bebas kebut-kebutan, cewek juga boleh, gak harus sok feminim. Kalo ada yang ngelarang tuh artinya gak menghargai wanita. Semua hak kita kan sama. Terus...”, ocehan Eni tentang emansipasi terputus karena motor perlahan berhenti dan kehabisan bahan bakar.
”Yang, kamu yang dorong ya. Biar aku yang nyetir aja. Aku gak apa-apa kok”, ucap Eni spontan.
”Kamu gak apa-apa kan? Aku ini kan cewek, masa cewek mau dorong motor, kan gak etis itu. Dimana-mana cewek kan harus harus diperlakukan penuh kelembutan selayaknya cewek, kita kan gak sama kaya kamu”, tambahnya.[Didik Pribadi]
NB : tiada maksud menghina, hanya ingin mencoba, hehe.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jawaban Rektor UNEJ Terkait Pelantikan Dekan

Jawaban Rektor UNEJ Terkait Pelantikan Dekan Oleh: Nurul Mahmuda K egaduhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F MIPA ) terkait pelantikan dekan baru periode 2016-2020 sudah tercium sejak akhir 2015. Isu mengenai Rektor Universitas Jember (UNEJ) yang tidak melantik dekan dengan perolehan suara tertinggi menjadi fakta yang harus diterima oleh warga FMIPA. Kamis (14/01) bertempat di Gedung Rektorat Universitas Jember, pelantikan Dekan baru FMIPA telah dilangsungkan. Berdasarkan hasil pemberian pertimbangan oleh senat fakultas yang berupa pemungutan suara menyebutkan bahwa perolehan suara tertinggi adalah Dr. Kahar Muzakhar, S.Si., namun dekan FMIPA yang dilantik yaitu Drs . Sujito , Ph.D . yang memiliki selisih tiga suara. Hal ini menuai protes dari beberapa lini di FMIPA. Beberapa Senat fakultas, dosen, mahasiswa maupun karyawan memprotes dan menyayangkan mengenai kejadian ini. Seperti halnya Itok Dwi, mahasiswa kimia 2012, menganggap bahwa pemu

Manajemen Redaksi

Salam Persma..... Perlu diketahui bahwa....berjalannya suatu lembaga pers ternyata tak hanya menga cu pada proses redaksi , yang dim ulai dari proses hunting sampai printing saja. Sebagai sebuah organisasi, lembaga pers juga mem erlukan pe n gaturan manajemen secara umum. Manajemen redaksi pers mahasiswa sendiri adalah : keseluruhan dari proses pengaturan sumber daya dalam melakukan kinerja penerbitan (menyangkut  bidang tulis-menulis) ataupun pola pengaturan  dari kinerja redaksi  yang terdapat dalam lingkup aktivitas pers mahasiswa. Lembaga pers biasanya di pimpin oleh pimpinan umum ( General Manager ). Dibawahnya terdapat pemimpin redaksi (manajer  redaksi ) dan pemimpin usaha atau koordinator dana usaha ( marketing manajer ).  Kedua bidang ini, memiliki job descriptions yang berbeda dan terpisah. Tapi keduanya saling mempengaruhi  dan saling mengisi. Redaksi dapat dianggap sebagai ”jantung” dari lembaga pers manapun, s edangkan dana usaha atau marketing ,   seba

Fakultas MIPA selalu sediakan buka Puasa gratis dalam setiap tahunnya

Oleh : Vina Soraya               Marhaban ya Ramadhan, Umat muslim di seluruh dunia tentunya telah menanti datangnya bulan suci ini. Bulan Ramadhan bulan penuh rahmat dan ampunan Allah SWT. Selama bulan suci Ramadhan seluruh umat islam diwajibkan berpuasa penuh selama satu bulan. Tentunya seluruh orang muslim akan berlomba – lomba untuk berbuat kebaikan dalam bulan suci ini. Banyak kegiatan yang bernilai pahala pada saat bulan ini. Salah satu bentuk berbuat kebaikan dalam bulan puasa ini yaitu memberi makan orang yang berpuasa. Memberi makan orang yang berpuasa maka mendapat ganjaran pahala yang setara dengan orang yang sedang berpuasa.             Agenda buka puasa gratis tentunya selalu menjadi agenda tahunan pada setiap masjid – masjid pada saat bulan Ramadhan tak terkecuali Masjid Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember. Agenda buka puasa gratis ini telah dilaksanakan rutin setiap tahunnya. Pada Ramadhan tahun ini buka puasa gratis dilaksanakan sejak tanggal 8-17