Ada tiga hal yang selalu didegungkan pemerintah terkait pembangunan pendidikan di Indonesia, yakni wajib belajar pendidikan dasar, rehabilitasi sekolah dan pemberantasan buta aksara. Namun pada kenyataannya sampai saat ini Indonesia masih belum berhasil mengatasinya ketiganya, termasuk salah satunya Buta Aksara. Penyadang buta aksara di Indonesia masih tergolong besar. Kriteria penyandang buta aksara yaitu buta aksara dan angka, buta bahasa Indonesia, dan buta pengetahuan dasar. tingginya angka putus sekolah dasar, beratnya geografis Indonesia. Menurut pemerintah kesuliatan terbesar dalam pemberantasan buta aksara adalah karena tingginya angka putus sekolah dasar, beratnya geografis Indonesia, munculnya buta aksara baru, dan kembalinya seseorang menjadi buta aksara.
a. Buta aksara di jember
Jawa timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi selatan dan Nusa tenggara Barat yang mencapai adalah urutan peringkat dari provinsi yang memiliki penyadang buta akasara terbesar di Indonesia. Dan pada tingkat kabupaten Jember penyumbang terbesar. Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat 204.069 warga Jember yang buta aksara. Ini berarti sekitar 10,74 persen dari jumlah angka nasional 1,9 juta warga yang buta huruf. disusul Sumenep, Sampang. dan Kabupaten Probolinggo. Hal ini berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi sebelumnya. Pada tahun 2009 "Pemkab Jember sudah mengklaim bebas buta aksara. Tahun Tahun 2007 dan 2009, Pemkab Jember mendapat penghargaan dari pemerintah pusat karena dinilai berhasil memberantas buta aksara. Di Mataram, tahun 2007, penghargaan diserahkan langsung Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Sandi Suwardi Hasan (Kepala Bagian Humas Pemkab Jember ) menegaskan, program keaksaraan fungsional sudah menjadi prioritas pembangunan Bupati 2005. Tahun 2006, Dinas Pendidikan telah diperintahkan melakukan validasi data tentang jumlah penduduk penyandang buta aksara untuk membaca, menulis, berhitung (calistung). Hasilnya saat itu ditemukan ada 120 ribu warga yang buta aksara. Verifikasi kembali dilakukan untuk memilah warga penyandang buta aksara yang berusia 45-55 tahun. "Kalau yang berusia 45 tahun ke bawah bisa ikut kejar paket (kelompok belajar)," kata Sandi. Hasilnya, ada 33 ribu warga usia 45-55 tahun yang buta aksara. Merekalah yang menjadi bahan garapan program pemberantasan buta aksara Pemkab (http://www.beritajatim.com)
b. Faktor penyebab buta aksara
Penyebab utama buta aksara adalah kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan telah banyak merenggut hak manusia salah satunya pendidikan.orang tua umumnya enggan menyekolahkan anaknya karena sekolah menjadi hal yang sangat mahal untuk bisa dijangkau oleh kalangan mereka. Buta aksara tidaklah lahir terpisah atas dengan system pendidikan Indonesia, Buta Aksara justru dilahirkan atas buruknya system pendidikan yang di terapkan oleh pemerintahan Indonesia. Buta aksara di Indonesia tidak akan pernah hilang jika akses pendidikan bagi rakyat masih terbatas, ataupun pendidikan di Indonesia masih mahal mencekik leher
Anggaran 20 % dari APBN (terpisah dari gaji guru dan dosen) menjadi hal yang harus dipertanyakan….! karena buta aksara baru yang lahir adalah hasil dari kemiskinan rakyat sehingga kemampuan akses pendidikan juga sangat kecil. Sehingga bagaimana pun juga buta aksara tidak akan begitu saja mudah di berantas jika Pemerintahan Indonesia masih anti rakyat, atau selama rejim yang berkuasa selalu memperdagangkan (mengkomersilkan) Pendidikan.
Saat ini mayoritas rakyat Indonesia hanya berpikir bagaimana bisa hidup atau makan, sebagai akibat dari penghidupan yang kian berat ditengah terjangan berbagai krisis yang ada, sehingga apapun caranya akan dilakukan untuk mempertahankan hidup termasuk mengorbankan pendidikan yang memang sudah sangat mahal.
Ada 4 langkah yang harus segera dilakukan pemereintah Kabupaten Jember untuk menanggulangi Buta Aksara.
- Pemetaan penyandang buta aksara secara tepat.
- Perluasan informasi tentang bahayanya buta aksara.
- Pemberdayaan sekolah formal dan non formal dengan bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat.
- Program pendidikan membaca secara inovatif melalui kegiatan diluar sekolah.
By : Ideiologi Penentang arus
“Avan Djauhari”
Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat 204.069 warga Jember yang buta aksara. Ini berarti sekitar 10,74 persen dari jumlah angka nasional 1,9 juta warga yang buta huruf. disusul Sumenep, Sampang. dan Kabupaten Probolinggo. Hal ini berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi sebelumnya. Pada tahun 2009 "Pemkab Jember sudah mengklaim bebas buta aksara. Tahun Tahun 2007 dan 2009, Pemkab Jember mendapat penghargaan dari pemerintah pusat karena dinilai berhasil memberantas buta aksara. Di Mataram, tahun 2007, penghargaan diserahkan langsung Wakil Presiden Jusuf Kalla.
BalasHapusSandi Suwardi Hasan (Kepala Bagian Humas Pemkab Jember ) menegaskan, program keaksaraan fungsional sudah menjadi prioritas pembangunan Bupati 2005. Tahun 2006, Dinas Pendidikan telah diperintahkan melakukan validasi data tentang jumlah penduduk penyandang buta aksara untuk membaca, menulis, berhitung (calistung). Hasilnya saat itu ditemukan ada 120 ribu warga yang buta aksara. Verifikasi kembali dilakukan untuk memilah warga penyandang buta aksara yang berusia 45-55 tahun. "Kalau yang berusia 45 tahun ke bawah bisa ikut kejar paket (kelompok belajar)," kata Sandi. Hasilnya, ada 33 ribu warga usia 45-55 tahun yang buta aksara. Merekalah yang menjadi bahan garapan program pemberantasan buta aksara Pemkab
maaf ya, tulisan ini persis sama dengan tulisan berita kawan saya di beritajatim.com oryza ardiansyah. ni link-nya http://www.beritajatim.com/detailnews.php/11/Pendidikan_&_Kesehatan/2012-05-02/134291/Humas_Pemkab_Jember_Duga_Data_Buta_Aksara_Kadaluwarsa
sgt disesalkan dunia akademis dicemari dg plagiasi.
salam,
ely
Oh iya maaf, bukan saya yang nulis.
HapusAkan saya remove
Maksudnya saya perbaiki
HapusHmmmh... ALPHA harus lebih selektif dan presitif dalam mempublikasikan tulisan kawan2..
HapusJadi dimohon kawan-kawan ALPHA jangan sembarangan ambil posting atau gambar di internet