Oleh: Vivta Lusiaana & Siti Hofifatus S.
Sebuah lembaga akademik pasti menginginkan output yang unggul dengan nilai yang
memuaskan, sebab rata-rata nilai para lulusannya akan berpengaruh terhadap
akreditasi lembaga tersebut. Banyak cara yang dilakukan seperti perbaikan
sistem pengajaran, penerapan sistem baru dan sebagainya. Tak berbeda halnya dengan
fakultas yang tak pernah tidur ini, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (FMIPA), Universitas Jember yang tak jarang didapatkan mahasiswa
“berkeliaran” entah kuliah, praktikum, belajar kelompok, organisasi atau
kegiatan lainnya. Pihak fakultas juga memberikan banyak program yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas mahasiswanya sehingga mampu mempercepat masa
studinya, salah satunya dengan diadakannya program SP (Semester Pendek).
SP ini merupakan program akademik khusus untuk
perbaikan nilai yang dianggap kurang dalam suatu mata kuliah. Selain itu juga
dapat meningkatkan produktivitas lulusan sehingga dapat mempercepat masa
studinya sehingga berbanding lurus dengan tujuan fakultas untuk mencetak
mahasiswa yang berkualitas. Hal ini diungkapkan oleh PD I (Pembantu Dekan I),
Bapak Siswanto bahwa, “fakultas mempunyai target untuk meluluskan mahasiswanya
dengan rata-rata IP 3,00.”
SP identik dengan perbaikan nilai yang
dilakukan pada saat liburan akhir semester dengan biaya yang telah ditentukan,
tergantung jumlah mata kuliah dan SKS (Satuan Kredit Semester) yang ditempuh
dengan nilai terakhir yang dipakai.
Mungkin terbesit tanda tanya besar, apakah ada SP untuk semester kali ini?
Berdasarkan informasi dari website www.fmipa.unej.ac.id, salah satu keunggulan kompetitif
fakultas MIPA yaitu menyelenggarakan program semester pendek untuk membantu
mahasiswa mempercepat kelulusan dan meningkatkan IP (indeks prestasi). Namun
pada kenyataannya, dua tahun yang lalu Program semester pendek tidak diadakan
mengingat waktu SP berbenturan dengan bulan puasa. Selain itu SP tidak bisa
ditempuh dengan jangka waktu yang relatif pendek, karena waktu idealnya adalah dua setengah bulan.
”SP tidak diadakan karena waktunya berbenturan
dengan bulan puasa, dan SP tidak bisa ditempuh dalam waktu satu setengah bulan, idealnya dua setengah bulan. Jadi, kemungkinan besar
semester ini juga tidak ada SP,” terang PD I yang juga merupakan dosen di
bidang mikrobiologi ini.
Beberapa mahasiswa mengatakan bahwa pada
fakultas lain seperti FTP (Fakultas Teknik Pertanian) dan FKIP (Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pengetahuan) yang tahun lalu sempat mengadakan SP, padahal
masa liburannya sama dengan di FMIPA. Mahasiswa sebenarnya berharap di Fakultas MIPA juga bisa
mengadakan semester pendek.
Adanya SP sangat diharapkan oleh mahasiswa.
Sebagian besar mahasiswa mengatakan bahwa SP itu penting untuk membantu
memperbaiki nilai dan mempercepat masa studi. Rian Prajonggo (Mahasiswa
Biologi, 2011) menegaskan, “SP itu penting buat mengangkat nilai dan
mempercepat masa studi, apalagi di FMIPA susah banget
buat mencari nilai baik.”
“Mahasiswa matematika juga banyak yang setuju
dengan adanya SP. Beberapa dari mereka yang sudah mendaftar SP untuk
memperbaiki nilai, dengan harapan bisa menjadi pertimbangan para dosen,” ucap
mahasiswa matematika yang biasa disapa Jejen, angkatan 2012 ketika kami temui.
Keberadaan SP juga dapat mengisi waktu liburan
mahasiswa daripada di rumah cuma nganggur. Hal itu dilontarkan oleh
Mahasiswi Bologi, 2012, Kharisna Aulia. “Apalagi semester kali ini adalah waktu
diadakan evaluasi empat semester bagi mahasiswa, dengan adanya SP akan sangat
membantu mahasiswa untuk memperbaiki nilai,” tambah mahasiswa yang biasa
dipanggil Risna.
Mahasiswa Fisika, 2010, Lia Kholida juga
mengatakan setuju dengan adanya SP, sebab dapat mempercepat kelulusan serta
memperbaiki nilai mahasiswa. “Adanya SP sangat membantu mahasiswa untuk
mempercepat kelulusan sebab lulusan kimia paling sedikit diantara lulusan yang
lain,” tegas Rinda Faiqotul Himma, Mahasiswa Kimia 2012. Rinda juga mengatakan
bahwa untuk mencari nilai B dan A di FMIPA sangat sulit, sehingga adanya SP
merupakan momen yang tepat untuk memperbaiki nilai-nilai yang kurang baik.
Jurusan Kimia termasuk jurusan yang paling lama “hibernasi” dalam mengadakan SP
diantara jurusan lainnya.
Menurut dosen kimia organik, Drs. Mukh.
Mintadi M.Sc, jumlah mahasiswa yang mendaftar SP semakin banyak. Hal ini
menjadi kegalauan tersendiri bagi para dosen. Para dosen juga menginginkan yang
terbaik bagi mahasiswanya. Beliau juga setuju dengan adanya SP untuk
memperbaiki nilai dan mempercepat studi mahasiswa.
“Semester pendek
bisa jadi ada, namun jika jadwal liburnya sama dengan tahun lalu maka
kemungkinannya kecil untuk ada. Jikalau semua HMJ mengajukan ya bisa
dipertimbangkan, tapi ujung-ujungnya tergantung keputusan pada rapat dekanat
serta kesediaan dosen yang mengajar,” tutur ketua jurusan matematika, Bapak
Kosala.
Tak ada rotan akar pun jadi. Begitu juga SP.
Semester Pendek tak ada, remidial pun jadi. Wacana adanya sistem remidial
memberikan angin segar tersendiri bagi mahasiswa yang ingin memperbaiki nilai
mereka. Dengan sistem yang berbeda dari sebelumnya diharapkan mampu membantu
mahasiswa. Pembantu Dekan I mengungkapkan bahwa semester kali ini kemungkinan
besar tidak diadakan semester pendek (SP), namun pihak fakultas
menawarkansistem remidial. Dengan harapan sistem ini dapat diterapkan untuk
mengganti program semester pendek, namun masih mau didiskusikan dengan para
dosen.
Sistem remidial yang dimaksud PD I yaitu
sistem perbaikan nilai dengan pengulangan materi oleh dosen dan pembemberian
ujian ulang untuk mahasiswa, namun hanya untuk sub bab tertentu yang nilainya
kurang. Sistem remidial ini hampir sama dengan SP, dilakukan selama libur
semester dan dosen memberi materi dan ujian ulang, serta mahasiswa tetap
membayar karena dilakukan di luar jam kuliah. Meskipun hampir sama, tetap ada
perbedaan yang membedakan sistem remidial dengan SP salah satunya, materi yang
diajarkan hanya meteri pada sub bab tertentu sehingga jangka waktunya lebih
pendek dari SP. Selain itu, sistem ini hanya terbatasuntuk mata kuliah yang
sedang ditempuh pada semester itu saja.
“Penerapan kurikulum pada perkuliahan saat ini
yaitu sistem kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Penerapan KBK perlu diadakan
sistem remidial test, “ tutur PD I.
Adanya sistem
remidial memberikan angin tersendiri bagi mahasiswa. Tawaran dari pihak
fakultas tersebut memberikan harapan besar bagi mahasiswa yang menginginkan
adanya SP, setidaknya daripada tidak ada perbaikan sama sekali dan harus
mengulang. Namun keputusannya tergantung dari kesepakatan para dosen, ketua
jurusan, serta pihak fakultas.
Kolom Harapan:
o
Kami berharap di FMIPA bisa diadakan SP,
karena untuk memperoleh nilai B bahkan A sangat sulit, berbeda dengan fakultas
lain misalnya FKIP.
o
Apabila SP memang tidak bisa diadakan, kami
berharap ada sistem lain yang bisa membantu mahasiswa untuk memperbaiki nilai
tanpa memperpanjang masa studi, sebab jika lulusan pada suatu fakultas baik dan
cepat (tepat waktu) akan membantu meningkatkan akreditasi fakultas maupun
jurusan.
“Harapan akan tetap menjadi sebuah
harap, jika sang pemberi harap tak memberikan kesempatan harapan itu ada.”
Mudah-mudahan harapan kami tak hanya
menjadi harapan belaka, namun dapat menjadi pertimbangan bagi para dosen,
kajur, pihak fakultas serta para pembuat kebijakan.
Kolom Pesan:
“Meskipun secara akademik kita bisa,
IPK baik, kita tetap harus memperhatikan hal-hal lain misalnya etika, serta hal
spiritual seperti ibadah, karena terkadang kita lupa akan hal itu. Padahal
terkadang hal tersebut sangat berpengaruh terhadap nilai akademik mahasiswa, ”
tutur dosen ekologi teresterial, Rendy Setiawan, S.Si, M.Si.
Komentar
Posting Komentar