Surat Merah Berlumur Darah
Dwi Alfi-ALPHA
Sudah dua hari ini setiap sore pasti turun hujan dan
berlanjut mendung berkepanjangan sampai larut malam. Tentu ini bukan
malam-malam yang disukai Dina,
bahkan
ia sangat kecewa jika malamnya bertemakan mendung karena dengan begitu berarti
Dina tak bisa melihat bintang, benda yang sangat
ia sukai. Besok ada kuis namun cuaca mendung di luar membuat Dina tidak
bersemangat lagi untuk belajar,
entah
kenapa saat itu juga Dina ingin sekali menghububungi Indra. Indra adalah teman
baru Dina. Mereka satu kampus namun berbeda jurusan. Mereka bertemu saat
mengikuti bimbingan fisika utuk seleksi ONMIPA beberapa bulan yang lalu. Karena
mereka berdua sangat menyukai bintang mereka menjadi sangat dekat. Mereka juga sering
membahas hal-hal yang bertemakan bintang bahkan terkadang pembicaraan mereka
keluar dari tema bintang. Namun malam ini nampaknya memang malam yang berbeda
dengan malam-malam sebelumnya saat Dina mencoba menghubungi Indra.
"Dra.."
Dina mulai mengetik kata itu dan mengirimnya
ragu-ragu setelah menemukan kontak bernama Indra.
"Iya Din"
Tak lama setelah Dina
mengirim pesan itu ia mendapat balasan dari Indra.
"Q bsok kuis tp fikiran ku
lgi g fokus, pengen ngobrol aja ma km", jelas Dina terus terang.
"Ak capek Din, mau istirahat aja…"
"Ya udah Dra km
istirht aja… m’af gan3u"
Setelah itu tak ada
lagi balasan dari Indra.
Karena tak ada kegiatan lain yang bisa dilakukan, Dina pun segera
tidur dan berencana melanjutkan belajarnya besok pagi agar fikirannya lebih
fokus.
Kringgg...kringgg...kringgg!!
Dengan mata yang masih setengah mengantuk Dina terpaksa
melihat jam yang dari tadi sudah teriak-teriak minta dimatikan. Waktu
menunjukkan pukul 04.00 waktu yang tepat bagi Dina untuk melanjutkan belajarnya
yang sempat tertunda tadi malam. Setelah mematikan alarmnya, Dina segera
mencuci muka dan kembali berkutat dengan catatan dan soal-soal fisikanya. Sudah
setengah jam Dina memperhatikan setiap rumus-rumus yang ada di hadapannya dan
di saat itu pula ia teringat kembali pada Indra, karena tidak biasanya Indra membalas pesannya dengan
begitu singkat.
"Ahhh! Mungkin Indra memang sedang kelelahan dan butuh istirahat," ucap Dina mencoba menghalau kegelisahan yang ia
timbulkan sendiri.
***
Pagi ini sekolah terlihat lebih ramai dari biasanya ketika
Dina datang. Mungkin karena Dina datang
sedikit lebih siang karena ia sempat kembali tertidur saat belajar tadi pagi.
Ketika masuk ke dalam ruang kuliah sudah terlihat banyak mahasiswa yang duduk
di tempat duduk masing-masing dengan wajah serius mencoba menghafal setiap
rumus yg tertera di setiap lembar buku catatan mereka. Suasana ruang kuliah
memang sering seperti ini jika akan ada kuis semua berubah menjadi mumi
menyeramkan yang tidak akan bergeming sekalipun ada badai di luar sana yang
mempora-porandakan bangunan di luar gedung mereka.
"Selamat pagi anak-anak!” Suara serak Pak Selamet memecah keheningan yang melingkupi
ruang kuliah.
"Pagi pak!" Jawab para mahasiswa dengan kompak.
"Yak, karena pertemuan sebelumnya saya sudah
ingatkan bahwa hari ini saya akan mengadakan kuis, saya harap kalian semua
sudah menyiapkan dengan baik, kalian sudah siapkan?" Tanya Pak Slamet kepada para
mahasiswanya.
"Sudah pak," jawab para siswa dengan kompak lagi.
"Oke, keluarkan satu lembar kertas untuk menulis
jawaban kalian dan sediakan satu lembar kertas buram untuk membantu kalian
menghitung, jangan gunakan kalkulator, jangan ada yang mencontek, kalau ada
yang ketahuan curang jangan harap nilai kalian tuntas," Pak Slamet menjelaskan peraturan kuis beserta sanksinya jika ada yang melanggar.
Waktu yang cukup panjang untuk kuis dengan 5 soal namun
dari awal mengerjakan tak satu pun soal yang bisa Dina menjawab, dia juga tidak tau kenapa itu bisa terjadi padahal
tadi pagi dia sudah benar-benar belajar. Ahirnya waktu mengerjakan pun habis. Alhasil Dina hanya
mengumpulkan kertas ulangan dengan jawaban yang seadanya.
Tak lama setelah Pak Slamet keluar dari ruangan, suasana
di dalam ruangan kuliah yang sangat menjemukan membuat Dina ingin keluar
meskipun sekedar duduk di bangku taman depan gedung fisika.
"Din", panggil seseorang dari belakangnya.
"Iya Dra", jawab Dina setelah mengetahui
pemilik suara yang memanggilnya tadi.
"Maaf ya semalem gak bisa nemenin ngobrol aku capek
banget butuh istirahat", jelas Indra.
"Iya Dra gak papa kok," jawab Dina sekenanya.
"Yaudah Din kalau gitu aku ke kantin dulu ya,"
ucap
Indra sebelum meninggalkan Dina.
"Iya Dra." Setelah itu Indra segera berlalu melenggang pergi
meningalkannya.
***
"Din kamu di cariin Bu Sari," seru salah satu teman Dina.
"Ada apa ya?" Tanya Dina pada temannya.
"Gak tau kamu sama Indra di tunggu di ruangannya
sekarang," ucap teman Dina
menjelaskan.
"Sama Indra juga?"
"Iya buruan tuh orangnya udah nungguin."
"Oke deh aku segera kesana, makasih ya."
"Oke." Setelah itu Dina segera ke kantin untuk menyusul Indra.
Sesampainya di kantin, Dina segera mencari temannya yang satu ini, seharusnya tidak susah untuk menemukan Indra karena
suasana kantin tidak terlalu ramai dan perawakan Indra yang tinggi juga bisa
lebih membantu Dina menemukannya tapi sampai hampir lima belas menit Dina
mencarinya tetap saja tidak ketemu. Dan ahirnya Dina memutuskan bertanya pada
salah satu mahasiswa yang ada di kantin saat itu.
"Eh sorry, liat Indra gak?" Tanya Dina .
"Indraaa pacar lo nyariin ni." Teriak siswa yang di
tanya Dina .
"Pacar?? Siapa?" Tanya Indra dengan mulut yang masih penuh dengan bakso.
"Sorry Dra ganggu, kita di cariin sama Bu Sari sekarang, kita juga di suruh nemuin di ruangannya."
"Oh iya, bentar ya Din satu suap lagi nih nanggung."
"Ciyeeee, suit suit bakal ada pasangan baru nih," teriak mahasiswa
lain yang ada di kantin.
"Apaan sih lo," ucap Indra pada teman-temannya
"Apaan sih lo," ucap Indra pada teman-temannya
"Yuk, Din, maafin temen-temen gue ya, mereka
bercanda kok."
"Iya, Dra gak papa gue tau kok kalau mereka bercanda."
Hati Dina sedikit tak nyaman dengan perkataan teman Indra
baru saja, dia juga menjadi sedikit salah tingkah karenanya namun memang
seperti ada yang berlarian di jantung Dina, saat itu juga jantungnya berdegup
kencang tidak seperti biasanya perasaan aneh ini sangat mengganggu Dina, namun
ia mencoba menghentikan kegelisahannya tapi jika pacar baru? Mungkin itu akan hanya menjadi hayalan mereka saja, karena
dia merasa meskipun dia dan Indra dekat namun mereka tidak punya hubungan
spesial Dina juga merasa Indra tidak lebih dari saingan ONMIPA terbesarnya yang
harus ia kalahkan juga nanti jika sudah tiba waktunya.
Akhirnya mereka tiba di ruangan Bu Sari.
"Silahkan masuk," ucap Bu Sari
setelah mendengar pintu nya diketuk dan melihat Indra dan Dina telah datang.
"Maaf sebelumnya, ada apa ya bu, kita dipanggil ke
sini?" Indra membuka pembicaraan telebih dahulu.
"Iya begini, kalian tau kan ibu adalah dosen
pembimbing ONMIPA kalian ibu sangat berharap banyak pada kalian berdua," jelas Bu Sari setelah itu.
"Tapi Bu, kan mahasiswa
fisika bukan kita saja yang lain juga bisa diharapkan kok, Bu,” ucap Dina menimpali
perkataan Bu Sari yang sedikit aneh baru saja.
"Iya ibu tau, tapi ibu mohon sekali pada kalian
berdua nasib club astronomi kita
bergantung pada bagaimana hasil kalian di ONMIPA nanti ibu percaya kalian bisa
berikan yang terbaik."
"Maksud ibu nasib club Astronomi ada di tangan kita bagaimana ya, Bu?" tanya Indra
bingung.
"Jadi beberapa hari yang lalu kepala sekolah datang
kepada saya, dia bilang jika club Astronomi kita gagal di ONMIPA kali ini maka
club kita akan dibubarkan karena sudah 4 tahun ini club kita tidak menyumbang satu pun prestasi di universitas kita."
"Tapi bu itu kan juga tentang keberuntungan mungkin saja selama 4 tahun ini kita kurang beruntung."
"Iya Dina ibu mengerti kamu pasti menyesalkan keputusan dekan tapi sekolah kita tidak punya banyak biaya untuk membiayai semua kegiatan club, jadi harus ada beberapa club yang di tutup nah jika tahun ini kita gagal tak ada lagi kesempatan untuk munculnya bibit baru di kampus kita, oleh karena itu ibu berharap banyak kepada kalian berdua untuk bisa menyelamatka club kita," jelas Bu Sari sekali lagi pada mereka berdua
"Tapi bu itu kan juga tentang keberuntungan mungkin saja selama 4 tahun ini kita kurang beruntung."
"Iya Dina ibu mengerti kamu pasti menyesalkan keputusan dekan tapi sekolah kita tidak punya banyak biaya untuk membiayai semua kegiatan club, jadi harus ada beberapa club yang di tutup nah jika tahun ini kita gagal tak ada lagi kesempatan untuk munculnya bibit baru di kampus kita, oleh karena itu ibu berharap banyak kepada kalian berdua untuk bisa menyelamatka club kita," jelas Bu Sari sekali lagi pada mereka berdua
"Baiklah Bu kami akan mencobanya,"
ucap
Indra .
***
Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu sudah beberapa
minggu ini Indra dan Dina menyiapkan semua demi hari ini. Masa-masa menegangkan
semuanya sudah berahir dan semua terbilang lancar begitupun dengan Dina
soal-soal OSN nya mampu ia selesaikan meskipun ada beberapa soal yang dia tidak
bisa tapi dia yakin club astronomi tidak akan di tutup.
Setelah menunggu cukup lama ahirnya hari pengumuman pun
tiba Dina tidak sabar ingin mengetahui hasilnya.
"Selamat ya Din," ucap teman-teman Dina memberikan selamat karena
ia berhasil berada di peringkat pertama, namun meskipun sudah dari tadi ia
mendapat selamat dari teman-temannya, seseorang yang ia tunggu dari tadi belum
juga muncul.
"Din lo gak ke rumah Indra?" Tiba-tiba terdengar suara Jaka dengan sedikit
terengah-engah.
"Emangnya ada apa, aku harus kerumah Indra?"
ucap Dina kebingungan.
"Indra meninggal dunia Din, pagi tadi dia kecelakaan dan pemakamannya bakal di
lakukan siang ini."
"Indra meninggal? kamu pasti bercanda kan Jak? Gak
lucu tau," Dina tidak percaya.
"Aku serius Din," seru Jaka mencoba meyakinkan Dina
Di tengah-tengan kebingungan Dina tiba-tiba datang
seorang anak laki-laki berseragam SMP menghampirinya.
"Kak Dina ya?" ucapa anak laki-laki itu.
"Iya aku, ada apa ya?"
"Aku cuma mau ngasiin ini kak, tadi pas di tempat kecelakaan aku nemuin ini kak." Anak laki-laki itu
memberikan setangkai bunga mawar dan surat berlumuran darah yang dari tadi dia
genggam kepada Dina dan setelah memberikan itu ia pergi meninggalkan Dina. Dina segera membuka isi surat itu.[]
Dear: Dina
Maaf sebelumnya kalau surat ini ganggu dan bikin kamu risih,
Tapi terkadang sesuatu yang terlihat samar-samar akan sangat jelas setelah
di ungkapin
Beberapa bulan ini memang bukan waktu yang lama untuk kita saling mengenal
tapi butuh tambahan waktu untuk kita saling
memahami
Ada banyak karakter teman,atau sahabat yang membuat kita sulit untuk
membedakan dan mengerti rasa yang di miliki oleh masing-masing kita
Butuh kepekaan untuk dapat melihat rasa yang sebenarnya
Seperti kekaguman ini yang akan terlihat biasa jika di lihat oleh mata
Namun akan ada banyak cinta jika merasa dengan memejamkan mata
Indra Rusdian
Komentar
Posting Komentar