Tanaman kopi adalah salah satu
komoditi andalan Indonesia yang berkembang cukup pesat. Pengembangan industri
pertanian seperti industri kopi tersebut harus dikuti dengan sistem penanganan
limbah yang baik agar pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat dikurangi.
Limbah industri pertanian pada umumnya masih mengandung bahan terlarut yang
tinggi sehingga membutuhkan penanganan sebelum dibuang. Kopi, selain
menghasilkan produksi kopi yang tinggi, juga menghasilkan produk samping
atau limbah pabrik berupa limbah padat dan cair yang cukup tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan pada proses pengolahan biji
kopi, dihasilkan biji kopi sekitar 65 persen dan 35 persen berupa limbah
kopi yang merupakan bahan organik berkadar selulose yang mengandung beberapa
zat kimia beracun seperti alkaloids, tannins dan polyphenolics,yang membuat
lingkungan degradasi biologis terhadap material organik lebih sulit.
Pengelolaan limbah kulit kopi menjadi energy alternatif biogas merupakan salah
satu potensi dengan konsep nir limbah (zero waste) dengan mengefisienkan
penggunaan bahan baku dan memaksimalkan nilai gunanya yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan.
Di era kemajuan teknologi yang
semakin canggih ini, ketergantungan energi pada listrik, minyak dan gas bumi harus
dikurangi karena energi-energi tersebut tidak dapat diperbaharui. Salah satu
alternatif untuk mengurangi penggunaan energi tersebut adalah dengan
pengaplikasian biogas. Biogas merupakan suatu gas yang dihasilkan dari proses
anaerobik atau fermentasi bahan-bahan organik seperti kotoran manusia, limbah
rumah tangga dan juga kotoran hewan. Bahan
yang sangat dibutuhkan dalam membuat biogas yaitu metana dan karbon dioksida
yang terkandung di dalam bahan organik.
Biogas menjadi
salah satu alternatif yang dipilih karena mempunyai banyak manfaat yang baik,
diantara manfaat dari biogas yaitu :
- 1. Dapat menjadi bahan bakar alternatif yang dapat menghasilkan listrik untuk menggantikan penggunaan solar.
- 2. Lingkungan menjadi lebih bersih dan indah, hal ini terjadi karena memanfaatkan limbah dan kotoran untuk dijadikan bahan pembuat biogas.
- 3. Dapat menghemat biaya operasional rumah tangga, dengan mengganti bahan bakar minyak dan gas yang relatif lebih mahal dengan penggunaan biogas.
- 4. Limbah digester dari biogas dapat kita manfaatkan sebagai pupuk organik, baik yang berupa cair maupun padat bagi pertanian.
- 5. Dapat berkonstribusi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, pengurangan emisi ini terjadi karena kurangnya pemakaian bahan bakar minyak dan kayu.
- 6. Dapat mengurangi penggunaan dari gas LPG, hal ini dapat saja dilakukan karena gas metana yang terkandung di dalam biogas dapat digunakan sebagai pembakaran seperti halnya yang terdapat di dalam gas LPG.
- 7. Biogas juga bermanfaat untuk mengurangi asap dan kadar karbon dioksida di udara.
Pengolahan limbah kulit kopi
menjadi biogas ini dapat dijadikan alternatif pengganti Bahan Bakar
Minyak (BBM), karena memiliki beberapa keuntungan, diantaranya memiliki kandung
oksigen yang lebih tinggi 39 persen sehingga terbakar lebih sempurna ,
bernilai oktan lebih tinggi 1,8 persen dan ramah lingkungan karena
mengandung emisi gas CO lebih rendah 19 -25 persen. Proses pembuatan biogas
dilakukan dengan gas dekomposisi bahan organik maupun secara
anaerobic (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan suatu gas yang
sebagian besar berupa metan (memiliki sifat yang mudah terbakar) dan karbon
dioksida. Gas yang terbentuk disebut rawa atau biogas. Proses dekomposisi
anaerobic dibantu sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metanogenik, suhu
yang baik untuk proses fermentasi adalah 30–55C. Pada suhu tersebut
mikroorganisme dapat bekerja secara optimal merombak bahan-bahan organik.
Olahan kopi
yang paling umum yaitu menjadi bubuk kopi. Bubuk kopi harus diseduh terlebih
dahulu dengan air panas apabila ingin menikmati rasa dari kopi tersebut, namun
olahan kopi ini meninggalkan limbah yang berupa endapan cair yang berwarna
hitam yang disebut ampas kopi. Limbah cair kopi tersebut sangat bersifat asam
sehingga harus dinetralkan dengan air kapur agar dapat diolah menjadi biogas.
Limbah tersebut kemudian difermentasikan dengan cara mencampurkan limbah cair
kopi dengan air dan dimasukkan kedalam reaktor. Limbah yang telah dimasukkan
kedalam reaktor didiamkan selama dua sampai tiga minggu. Gas metana dari limbah
kopi cair ini akan keluar pada minggu ke dua. Besarnya gas yang keluar
tergantung dari besarnya limbah kopi cair yang dimasukkan kedalam reaktan. Gas
hasil limbah kopi inilah yang disebut dengan biogas yang dapat dimanfaatkan
dibidang industri rumah tangga yaitu sebagai bahan bakar untuk memasak.
Selain Kopi, di
Indonesia juga banyak menghasilkan produk hasil tanaman kakao. Tanaman kakao atau
yang memiliki nama latin Theobroma cacao
L. merupakan tanaman
yang berasal dari negara pantai Gading, Afrika Selatan. Umumnya tanaman ini
dibudidayakan pada suatu perkebunan baik swasta ataupun milik negara. Tanaman
kakao memiliki usia produksi lebih dari 25 tahun. Pembudidayaan tanaman ini
membutuhkan perawatan yang lebih, dikarenakan tanaman ini bersifat mudah diserang oleh hama. Hama
dapat membuat buah dari kakao ini busuk sehingga tidak dapat dipanen.
Bagian yang dimanfaatkan dari tanaman kakao adalah
biji buahnya. Biji buah dari tanaman kakao akan difermentasi terlebih dahulu
kemudian dikeringkan di bawah terik matahari hingga biji kering dengan
sempurna, setelah biji kakao kering sempurna maka dilakukan penyangraian (teknik memasak tanpa
menggunakan bantuan minyak melainkan menggunakan metal panas, red) sehingga menjadi biji
yang siap diolah menjadi berbagai olahan cokelat. Karena produk hasil olahan kakao hanya
memanfaatkan biji buahnya saja, maka akan menyisakan kulit kakao yang tidak
dimanfaatkan dan akan menjadi limbah. Kulit kakao merupakan limbah agroindustri. Meskipun tergolong limbah, kulit kakao
mempunyai kandungan gizi yaitu
22% protein, 3–9% lemak, bahan kering (BK) 88%, protein kasar (PK) 8%, serat
kasar (SK) 40,15, dan TDN 50,8%, metabolisme energi (K.kal) 2,1, pH 6,8. Limbah
kulit kakao tersebut memiliki kandungan yang dinilai bergizi sehingga dapat
dijadikan sebagai pupuk.
Langkah–langkah
untuk menjadikan limbah kulit kakao menjadi pupuk yaitu menimbun kulit kakao
kedalam tanah dengan tambahan dedaunan, batang pisang ataupun jerami. Tambahkan
mikro bakteri pengurai tanah agar penguraian berjalan cepat. Kulit yang telah
ditimbun ditutup dengan rapat dan jangan dibuka sebelum kurang lebih 50 hari.
Setelah itu tanah boleh digali kembali dan kulit kakao menjadi gembur. Tanah
gembur yang merupakan pupuk kulit kakao kemudian disaring agar menjadi halus.
Pupuk kulit kakao ini akan menjadikan tanaman subur dan tidak mengandung unsur
kimia didalam tanah.
Selain dimanfaatkan sebagai pupuk,
limbah kulit kakao ini juga dapat dimanfaatkan menjadi biogas. Pemanfaatan
limbah kakao menjadi biogas ini yaitu dengan cara menggiling kulit kakao
terlebih dahulu. Kulit kakao yang sudah digiling kemudian dihaluskan lagi
menjadi bubur. Bubur kulit kakao inilah yang kemudian diolah dengan cara
memasukkan ke dalam tangki pencerna bersama bahan tambahan lain yaitu kotoran
sapi, yeast dan rumput. Tangki pencerna berfungsi sebagai media untuk
fermentasi anaerob yang menghasilkan gas metana dan kompos. Gas metana inilah
yang menjadi biogas dari limbah kakao.
Pemanfaatan limbah kopi dan kakao membantu menghemat energi tak
terbarukan yang sewaktu-waktu dapat habis. Pasalnya, energi tersebut kian hari
kian digerogoti untuk kepentingan hidup manusia. Selain itu, dapat membantu
dalam penguraian limbah yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit jika
terus ditimbun. Dengan pengelolaan limbah yang baik, maka lingkungan akan
bersih, sehat, dan sejuk, serta alam yang kita huni ini akan terus ceria.[]
Oleh : Vina Soraya - Alpha
Komentar
Posting Komentar